JAKARTA – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya bersama dengan Chief of United States Forest Service (USFS) Randy Moore melakukan penanaman mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk, Kamis (25/1). Dalam kegiatan ini, Delegasi USFS juga mendapat penjelasan tentang proses restorasi mangrove di kawasan ini.
Pada Tahun 1997, sebanyak 90% tutupan mangrove di kawasan ini rusak karena berbagai aktivitas manusia, terutama tambak ilegal. Penanaman mangrove mulai dilakukan pada Tahun 2006, hingga tutupan vegetasinya mencapai 447% yakni dari hanya 9,9 hektar di Tahun 1999 menjadi 49,9 ha di Tahun 2021.
Kondisi ini meningkatkan kualitas kawasan TWA sebagai habitat satwa liar, sehingga keanekaragaman spesies satwa liar pun meningkat. Selain itu, restorasi ekosistem mangrove di TWA Angke Kapuk menjadikannya kawasan wisata yang menawarkan hutan mangrove sebagai daya tarik utamanya.
“Bagi saya itu adalah contoh kesuksesan. Kami tadi berkeliling naik perahu dan melihat begitu banyak satwa liar yang datang ke daerah tersebut,” ujar Chief Randy Moore
Menurutnya, ekowisata adalah salah satu hal yang penting dan nilai yang diberikan ke masyarakat. Dengan melihat hasilnya di lapangan, ia mengungkapkan Indonesia patut berbangga atas pekerjaan yang dilakukan.
“Menurut saya, hal ini tidak hanya membuat perbedaan di Indonesia, namun menurut saya hal ini juga membuat perbedaan di dunia. Jadi saya mengucapkan selamat kepada Anda semua dan saya sangat menghormati hal tersebut,” katanya.
Berbicara kerja sama USFS dengan KLHK, Chief Randy Moore menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Menteri LHK Siti Nurbaya atas jalinan hubungan dan kemitraan tersebut. Ia berharap dengan kerja sama tersebut dapat membawa dunia ke arah yang lebih baik.
“Saya pikir ini adalah kesempatan besar bagi kita, Amerika Serikat, dan Indonesia untuk berupaya memerangi permasalahan global seputar perubahan iklim karena hal ini mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi kita semua,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Siti mengatakan payung besar kerja sama KLHK dan USFS yaitu bekerja pada pengelolaan hutan lestari. Kemudian di bawahnya terdapat banyak elemen seperti pendekatan multi pemangku kepentingan.
“Kami juga sedang bekerja di lahan gambut dan mangrove. Kami juga melihat adanya partisipasi masyarakat, dan keterlibatan instrumen pengetahuan teknis di sana,” katanya.
Siti Nurbaya mengungkapkan selama rangkaian kegiatan dan kunjungan lapangan selama tiga hari ini, delegasi USFS dapat melihat apa yang sudah dikerjakan dan bisa dilihat apa yang diatur di lapangan. Selain itu, dapat dilihat juga bagaimana elemen-elemen yang bekerja di lapangan itu memberikan manfaat bagi masyarakat dan tentu saja bagi lingkungan.
“Setelah kita mengamati situasi di lapangan tersebut, kita bisa melihat apa kekurangannya sehingga kita bisa melangkah maju. Dari situ kita mencoba melihat sejumlah hal sebagai tindak lanjut MoU tersebut,” ujarnya.(RA)
Komentar Terbaru