JAKARTA – Terpilihnya Donald Trump menjadi presiden Amerika Serikat (AS) pada periode yang akan datang ternyata harus diantisipasi dan diwaspadai industri hulu migas Indonesia dan pemerintah. Pasalnya Trump dikenal dengan kebijakannya yang sangat pro Amerika termasuk urusan migas. Hal itu di satu sisi memang positif karena masih ada perusahaan Amerika yang beroperasi di Indonesia seperti ExxonMobil. Namun di sisi lain ada kekhawatiran akan timbulnya persaingan lebih ketat dalam pengerjaan proyek-proyek hulu migas.

Sama seperti Indonesia, Trump juga menggaungkan swasembada energi, salah satunya adalah migas. Artinya akan ada banyak kegiatan untuk meningkatkan level produksi Amerika di masa kepemimpinan Trump nanti ketika sudah berjalan.

Sofwan Hadi, Head Country Indonesia Rystad Energy, menilai pengaruh Trump terhadap industri hulu migas Indonesia adalah dari sisi supply chain. Saat ini saja banyak provider yang semula bermain hanya di hulu migas mulai merambah ke bisnis EBT sehingga terjadi perebutan pasokan berbagai perlengkapan untuk menggarap proyek. Ditambah lagi dengan peningkatan kegiatan migas di Amerika nanti tentu para pemain supply chain dunia akan melirik Amerika.

“Kalau Trump membuka akses orang mempermudah proyek migas di sana, tentu mata akan ke sana, akan menambah kompetisi untuk dapatkan rig, orang-orang (pekerja), harga akan naik,” kata Sofwan ditemui di Jakarta, Selasa (17/12).

Selain itu, efek domino ketika kegiatan produksi migas Amerika meningkat maka pasokan minyak dunia juga akan bertambah sehingga bakal berdampak juga terhadap harga di pasaran. Jika harga kembali menyentuh kisaran US$70an per barel tentu tidak terlalu baik untuk pengerjaan proyek-proyek hulu migas.

“Bayangkan misalkan ditakutkan terjadi menyentuh US$70 atau turun lagi maka orang-orang (investor) akan delay proyek menunggu kondisi dulu,” ujar Sofwan.

Untuk itu pemerintah juga harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal tersebut. Caranya adalah dengan mempercepat proses pengembangan blok-blok migas yang sudah menunggu persetujuan pengembangan dan lain sebagainya.

“Kalau kita lihat butuh pengambilan keputusan cepat. Dekati mereka (Investor) tarik komitmen mereka pengerjaan proyek harus dipercepat,” kata dia. (RI)