JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) memproyeksikan produksi sejumlah blok migas yang menjadi andalan akan turun pada 2021. Ada tiga blok besar yang selama ini menjadi andalan produksi migas nasional akan mengendur kinerjanya, yakni Blok Rokan yang masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia hingga 8 Agustus 2021. Selanjutnya, pengelolaan Rokan akan diambil alih PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Rokan. Kedua, Blok Mahakam yang dioperatori Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Serta ketiga, Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil.
Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, mengungkapkan SKK Migas akan melakukan upaya terbaik agar rencana pengeboran sumur di Rokan oleh Chevron maupun Pertamina dapat optimal. Namun produksi minyak Rokan pada tahun ini diperkirakan lebih rendah dibanding 2020. Adapun berbagai kegiatan yang dilakukan sifatnya untuk mencegah penurunan produksi terjadi secara signifikan.
“Rata-rata produksi Rokan sekitar 165 ribu barel per hari (bph) pada 2021,” kata Jaffe, akhir pekan lalu. Berdasarkan data SKK Migas, pada 2020 produksi minyak Blok Rokan ditargetkan sebesar 170 ribu bph.
SKK Migas akan mendorong rencana investasi pengeboran Chevron senilai US$154 juta dapat terealisasi penuh hingga Juli 2020. Dana tersebut untuk pengeboran 11 sumur pada 2020 dan 107 sumur pada 2021.
“Setelah pindah (pengelolaannya), Pertamina akan mengebor hingga 84 sumur. Ini sedang diskusi bagaimana bisa mencapai ini dengan waktu singkat,” ungkap Jaffee.
Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas, mengatakan untuk produksi migas Blok Mahakam juga akan turun pada 2021. Namun PHM sebagai operator mendapat apresiasi karena telah berinisiatif untuk menekan perkiraaan penurunan produksi tersebut. Dengan strategi kegiatan operasi yang masif dan agresif, PHM telah terdapat persetujuan rencana optimasi pengeboran di Blok Mahakam yang dapat mendongkrak produksi migas. “Tetapi saya tidak hapal berapa (naiknya),” ujarnya.
Selanjutnya adalah blok Cepu yang sudah melalui puncak produksi minyak. Ini terjadi di tahun lalu di mana produksinya sempat menyentuh 230 ribu bph. Secara alami, tekanan dalam reservoir akan berkurang sehingga produksi minyaknya akan turun.
“Tetapi belum ada water cut yang naik. Sehingga, turunnya masih sekitar 220 ribu juga, jadi turun tapi tidak drastis,” ungkap Julius.
Julius berharap ExxonMobil sebagai operator Blok Cepu bisa melakukan berbagai terobosan guna menemukan cadangan baru sehingga level produksinya bisa dijaga. Bahkan bukan tidak mungkin produksi Blok Cepu masih dapat naik jika kembali ditemukan tambahan cadangan. “Akan ada inisiatif dari (operator) Blok Cepu,” kata Julius.(RI)
Sebagaimana data lifting pada tahun 2018 sebesar 778 ribu bpd, sudah semestinya SKK Migas melakukan upaya yang maksimal agar ketiga operator ketiga block tsb bisa terus memingkatkan produksinya. Kalau bisa disegerakan, target lifting 1 juta bpd tanpa harus menunggu target Kemen ESDM 2030 agar beban impor minyak mentah bisa dikurangi.
Salam,