JAKARTA – PT ThorCon Power Indonesia resmi menyerahkan proposal persiapan implementasi TMSR500 sebagai calon Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia kepada Dewan Energi Nasional (DEN).

Proposal ini disusun dengan kolaborasi yang intensif antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk Badan Besar Strategi dan Kebijakan Energi (BBSP), Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi(EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Engineering Research and Innovation Center Fakultas Teknik UGM, PT PLN Enjiniring, dan Universitas Bangka Belitung (UBB) .

Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal
DEN, Djoko Siswanto menyampaikan pentingnya langkah strategis ini dalam mempersiapkan pembangunan PLTN pertama di Indonesia.

“Baru saja dilakukan rapat terkait nuklir yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan,” ujar Djoko, Senin (12/8).

Sementara itu Agus Puji Prasetyono, Anggota DEN unsur Akademisi sekaligus Ketua 2 Tim Percepatan Pembentukan NEPIO, mengatakan waktu persiapan dokumen pembangunan PLTN ini sangat sempit. Pasalnya, PLTN pertama harus dapat mentrasmisikan listrik ke PT PLN (Persero) pada tahun 2032.

Hal itu bukan tanpa alasan, karena pada tahun 2034 Pulau Jawa akan kekurangan listriksebesar 2 GW, dan pada 2040 secara nasional akan defisit listrik 8-10 Gigawatt (GW). Proses hilirisasi dan inovasi yang diandalkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi memerlukan energi baseload yang kuat dan stabil, sementara ET baseload sangat kecil potensinya di Indonesia. “Hanya PLTN yang dapat memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar itu,” kata Agus Puji.

Agus Puji menekankan bahwa Indonesia tidak akan hanya menjadi pemakai teknologi PLTN import, tetapi tidak menutup kemungkinan pada saatnya nanti akan menjadi provider PLTN Merah Putih dan akan ekspor teknologi PLTN ke luar negeri.

Dalam kesempatan yang sama Direktur Operasi ThorCon Power Indonesia, Bob S Effendi menyampaikan keyakinannya bahwa Thorcon Power adalah perusahaan nuklir yang paling siap membangunPLTN, dengan berbagai kajian yang telah diilakukan. “Kami berada 3 tahun di depan perusahaan lainya,” ujarnya.

Sebagai informasi, ThorCon Power bersama BAPETEN tengah melakukan konsultasi secara intensif dalam rangka persiapan perizinan melalui review 3S (Safety, Security and Safeguard) dan melakukan review kesiapan desain ThorCon untuk memberikan informasi kepada Pemerintah yang ditargetkan dapat diselesaikan pada akhir tahun ini.

Bob mengatakan, sebagai perusahaan yang paling siap dalam menghadirkan PLTN pertama di Indonesia, PT ThorCon Power Indonesia berkomitmen untuk membangun PLTN pertama dengan kapasitas 2×250 MW (First-of-a Kind/FOAK) tanpa menggunakan dana APBN.

ThorCon Power juga menargetkan harga jual listrik kurang dari US$6.9 sen per kWh dengan Commercial Operation Date (COD) pada tahun 2030 di Pulau Kelasa,Bangka Belitung. Dalam tahap berikutnya, ThorCon Power berencana menambah 7 unit PLTN atau setara 3500 MW (Nth-of-a-Kind/NOAK) dengan target harga jual kurang dari US$6.5sen per kWh dan COD sebelum tahun 2035. Harga ini sudah mencakup manajemen limbah decommissioning, dan transmisi keGardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) PLN terdekat.

Bob menambahkan dengan harga jual listrik di bawah Rp1000 per kwh yang berada di bawah TDL, maka berpotensi dapat menurunkan subsidi/kompensasi listrik yang saat ini sudah Rp73 triliun serta di targetkan tembus Rp100 triliun pada 2030.

Melalui langkah ini, kata Bob, ThorCon Power Indonesia berharap dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kapasitas energi nasional serta memenuhi kebutuhan listrik yang terus berkembang di Indonesia. Selain itu dengan telah selesai disusun proposal ini diharapkan akan menjadi dasar bagi pengambilan keputusan strategis Pemerintah untuk menyediakan payung hukum dalam pembangunan PLTN di Indonesia.

“Sehingga PT ThorCon Power Indonesia kedepannya dapat menjadi perusahaan pertama yang mengoperasikan PLTN di Indonesia, memberikan solusi energi yang ramah lingkungan dan efisien,serta berperan dalam pengembangan teknologi energi nuklir ditanah air,” kata Bob.(RA)