JAKARTA – PT Pertamina Gas, bagian dari Sub Holding Gas, berkomitmen untuk mendukung pencapaian swasembada energi yang dicanangkan pemerintah melalui produksi LPG domestik yang berkesinambungan. Pertamina Gas memproduksi LPG melalui LPG Plant Gresik dan PT Perta-Samtan Gas.
Gamal Imam Santoso, Direktur Utama Pertamina Gas (Pertagas), mengatakan sebagai salah satu entitas strategis dalam rantai pasok energi nasional, peran Pertagas menjadi krusial dalam mendukung program pemerintah. “Dengan konsistensinya dalam menghasilkan LPG berkualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Pertagas telah berkontribusi langsung terhadap pengurangan ketergantungan impor energi dan penguatan pasokan LPG nasional,” kata Gamal, Senin (2/12).
Pertagas merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembangunan infrastruktur penyaluran energi terintegrasi, mulai dari regasifikasi gas, pemrosesan gas menjadi LPG, transportasi gas, pengoperasian pipa transmisi gas bumi, transportasi minyak bumi, hingga pengelola pipa Bahan Bakar Minyak (BBM).
Gamal mengungkapkan Perta-Samtan Gas yang merupakan joint venture antara PT Pertamina Gas (“Pertagas”) dan ST International (sebelumnya bernama Samtan Co., Ltd) memiliki kontribusi besar dalam memenuhi kebutuhan LPG domestik. Perta-Samtan mengelola dua kilang utama, yaitu Kilang Ekstraksi di Prabumulih dan Kilang Fraksinasi di Sungai Gerong, Sumatera Selatan.
“Dengan kapasitas desain 250 MMscfd, Perta-Samtan mampu memproduksi sekitar 710 MT LPG dan kurang lebih 2.200 barel kondensat per hari,” kata dia.
Produksi Perta-Samtan disalurkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk kebutuhan domestik dengan rute distribusi dari Depot LPG Pulau Layang (Sungai Gerong) dan Jetty 01 RU III menggunakan kapal ke wilayah Pontianak dan Bangka.
Selain Perta-Samtan, Pertagas melalui LPG Plant Gresik yang dioperasikan oleh PT Energi Nusantara Perkasa (ENP) di Gresik, Jawa Timur juga turut mendukung pencapaian swasembada energi nasional sekaligus membantu pengurangan ketergantungan impor LPG.
Kilang LPG Plant Gresik memiliki kapasitas desain sebesar 350 MMSCFD, dengan volume produksi sekitar 105 ton LPG per hari, serta kondensat sebesar kurang lebih 880 barel per hari.
Keberadaan LPG Plant Gresik menjadi pelengkap dalam upaya memperkuat produksi LPG domestik, sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan kemandirian energi nasional. “Kilang LPG Plant Gresik ini secara konsisten memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi impor LPG dan memperkuat ketahanan energi negara,” kata Gamal.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengatakan pasca pelaksanaan program konversi minyak tanah ke LPG, konsumsi domestik naik signifikan. Konsumsi LPG yang sebelumnya dibawah 2 juta ton per tahun, saat ini sudah mencapai kisaran 9 juta ton per tahun.
“Sementara kapasitas produksi LPG domestik hanya kisaran 2 juta ton per tahun. Akibatnya, sebagian besar kebutuhan LPG harus dipenuhi dari impor,” kata Komaidi, Senin.
Menurut Komaidi, kendala utama peningkatan produksi LPG di dalam negeri adalah masalah bahan baku. LPG umumnya dihasilkan dari kilang, baik minyak dan gas. Untuk kilang gas, kendala utamanya adalah memerlukan gas dengan rantai kimia tertentu yang di Indonesia jumlahnya tidak terlalu banyak.
“Indonesia memiliki gas dalam jumlah banyak, tetapi dengan rantai kimia yang berbeda dengan yang dibutuhkan sebagai bahan baku LPG,” ungkap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti itu.
Untuk itu, kata Komaidi, langkah yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi jenis gas pada lapangan mana saja yang memiliki rantai kimia yang sesuai dengan kebutuhan produksi LPG. Selain itu, perlu dipertimbangkan opsi impor bahan baku untuk diproses di dalam negeri jika memang lebih memberikan manfaat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan impor produk.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM sebelumnya bertekad mendorong hilirisasi untuk membangun industri LPG nasional. Pasalnya, produksi LPG nasional masih jauh dibawah angka konsumsi LPG.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, mengatakan dalam rangka hilirisasi untuk membangun industri LPG, bahan baku yang dibidik adalah propana (C3) dan butana (C4). Bahan baku tersebut didorong untuk meningkatkan produksi LPG.
“Bahan bakunya adalah C3 dan C4 daripada gas. Kita lagi mendata kurang lebih hampir sekitar 1,8 juta ton yang didorong hilirisasi, sehingga dengan demikian total sudah hampir 3,6 juta sampai 3,7 juta ton dari bahan yang kita kelola untuk menjadi LPG,” kata Bahlil.(AT)
Komentar Terbaru