JAKARTA – PT PLN (Persero) menerbitkan Penawaran Umum Berkanjutan II Obligasi Berkelanjutan dan Sukuk Berijarah dengan target dana yang dihimpun maksimal Rp 10 triliun, terdiri dari Rp 8 triliun untuk obligasi, dan Rp 2 triliun untuk sukuk.
Target dana yang dihimpun dari Obligasi Berkelanjutan II Tahap I dan Sukuk Berijarah II Tahap I tahun 2017 sebanyak-banyaknya Rp 2 triliun.
“Target dana yang dihimpun tahun ini terdiri dari sebanyak-banyaknya Rp 1,6 triliun obligasi, dan Rp 400 juta sukuk berijarah,” kata Sarwono Sudarto, Direktur Keuangan PLN, di Jakarta, Selasa (6/6).
Kedua efek utang tersebut masing-masing akan diterbitkan dalam tiga seri, yaitu seri A tenor 5 tahun, seri B tenor 7 tahun, dan seri C tenor 10 tahun serta telah mendapat peringkat AAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Menurut Sarwono, PLN akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi dan sukuk setelah dikurangi biaya-biaya emisi, untuk untuk memenuhi kebutuhan investasi PLN dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan Indonesia.
Hingga akhir 2016, PLN menguasai 79% dari total kapasitas terpasang pembangkit listrik atau sekitar 43.294 megawatt (MW). Kapasitas tersebut meningkat 3,3% dibandingkan 2015 yang sebesar 41.895 MW.
PLN telah menunjuk PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT Indopremier Securities, dan PT Mandiri Sekuritas sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Efek (joint lead underwriter/JLU). Sedangkan PT BTN (Persero) selaku wali amanat.
Sesuai rencana, paparan publik (public expose) dilaksanakan pada 6 juni 2017, sedangkan masa penawaran awal (bookbuilding) akan berlangsung pada 6 hingga 15 juni 2017. Pernyataan efektif dari Otoritas jasa Keuangan (O]K) diharapkan terbit pada akhir juni 2017.
Penawaran umum diharapkan berlangsung pada awal bulan yaitu 3 Juli hingga 6 Juli 2017 dan akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Juli 2017.
Untuk kupon obligasi sendiri, dibagi tiga yaitu tenor 5 tahun kuponnya 7,2 – 7,7 %, 7 tahun 7,55 – 8,10 %, dan 10 tahun 7,95 – 8,5 %.
PLN, selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memiliki tiga segmen bisnis, yaitu pembangkit listrik, transmisi, dan distribusi. Selain memiliki pembangkit, Perseroan juga bertindak sebagai pembeli utama listrik dari produsen listrik mandiri (independent power producer/IPP).
PLN juga merupakan satu-satunya penyedia layanan transmisi di Indonesia. Hingga akhir 2016, panjang jalur transmisi perseroan mencapai 44.065 kilo meter sirkit (kms), meningkat 5,7 persen dibandingkan 2015 yang sebesar 41.683 kms. Adapun kapasitas trafo transmisi mencapai 98.898 Megavolt Ampere MVA, naik 6,7 persen dari 92.651 MVA.
Pada segmen distribusi listrik, PLN merupakan distributor tunggal untuk pelanggan akhir di Indonesia. Panjang jalur distribusi perseroan mencapai 887.241 kms pada akhir 2016 atau meningkat 5,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sepanjang 843.098 kms. Sedangkan kapasitas trafo distribusi mencapai 50.099 MVA, naik 6,3 persen dari 47.129 MVA.
Hingga akhir 2016, jumlah pelanggan PLN sebanyak 64,3 juta pelanggan, meningkat 5 % dibandingkan 2015 yang sebanyak 61,2 juta pelanggan. Secara fundamental, PLN didukung oleh permintaan listrik yang kuat di indonesia.
Sepanjang 2016, PLN mencatat penjualan listrik sebesar 216 TWh atau meningkat 65% dibandingkan 2015 yang sebesar 202,8 TWh. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pelanggan listrik yang cukup baik. Bertambahnya jumlah pelanggan juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi dari 88,3% pada akhir Desember 2015 menjadi 91,16 % pada Desember 2016.
Pertumbuhan jumlah pelanggan juga mendorong pertumbuhan pembelian produksi listrik. Pada 2016, pembelian listrik perusahaan tercatat 64,8 TWh atau naik 12,69 % dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 57,5 TWh.
PLN mencatat pendapatan Rp 222,8 triliun pada 2016, tumbuh 2,5 % dibanding 2015 sebesar Rp 217,3 triliun. Laba operasional mencapai Rp 28,8 triliun atau turun 40,3 % dibanding 2015 sebesar Rp 48,3 triliun. Namun, laba bersih PLN meningkat 75,04% dari 6 triliun pada 2015 menjadi 10,5 triliun pada tahun lalu.(RA)
Komentar Terbaru