JAKARTA – Sistem kelistrikan Nusa Tenggara Barat diklaim akan semakin kuat menyusul rampungnya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Uap (PLTMGU) Lombok Peaker kapasitas 136 Mega Watt (MW) pada pertengahan tahun 2020. Pembangkit tersebut diproyeksikan menjadi pembangkit yang paling ramah lingkungan dan efisien dalam pengoperasiannya.
Agung Pribadi, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, mengatakan proses pembangunan PLTMGU sudah dalam tahap akhir. “Kalau tidak ada kendala, pertengahan tahun 2020 segera beroperasi penuh,” kata Agung di Jakarta, Kamis (20/2).
Pembangkit yang berlokasi di Tanjung Karang, Mataram menjadi pembangkit Combined Cycle pertama di Indonesia yang menggunakan gas engine untuk proses pembakarannya. “Proses pembakaran PLTMGU Lombok Peaker berbeda dengan yang lain. Pembangkit ini menggunakan gas engine, bukan menggunakan gas turbine,” ujar Agung.
Dia menuturkan, PLTMGU Peaker diharapkan dapat menghasilkan listrik secara cepat saat beban puncak. Apalagi waktu yang dibutuhkan untuk membangkitkan beban maksimum relatif cepat dan menggunakan sistem komputerisasi. “Kurang lebih sekitar lima menit,” katanya.
Yuyun Mimbar Saputra, Manager PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, mengatakan PLTU di Lombok Peaker tidak menggunakan batu bara. “Namun memanfaatkan uap panas hasil dari gas engine,” kata Yuyun.
Proses kerja pembangkit tidak jauh berbeda dengan mesin yang digunakan pada sepeda motor atau mobil, yaitu jenis mesin pembakaran dalam (spark ignition combustion). Perbedaannya adalah pada gas engine tidak memerlukan proses pengabutan karena bahan bakar yang digunakan sudah berbentuk gas.
Selanjutnya, energi panas dan uap dari gas buang hasil pembakaran di gas engine (PLTMG) digunakan untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja pada turbin (PLTU), dengan cara memanaskan air di HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Uap jenuh kering dari hasil HRSG inilah yang akan digunakan untuk memutar sudu (baling baling) yang selanjutnya menggerakkan turbin, generator dan akhirnya menjadi energi listrik.
“Kolaborasi dari 2 sistem proses pembakaran PLTMG dan PLTU ini yang menghasilkan siklus gabungan yang dikenal dengan istilah “Combined Cycle” agar lebih efisien,” ungkap Yuyun.
PLTMGU Lombok Peaker diyakini ramah lingkungan. Gas buang sisa pembakaran yang keluar dari cerobong, dipantau khusus secara online dengan menggunakan peralatan CEMS (Continuous Emission Monitoring System). Dengan sistem ini, maka emisi gas buang seperti SO2, NO2, total partikulat dan kepekatan dapat dipantau secara berkelanjutan. Tujuan akhirnya adalah untuk memastikan bahwa emisi yang dihasilkan masih dalam ambang batas standar yang telah ditetapkan.
Sistem pertukaran panas atau yang lebih dikenal dengan heat exchanger pada PLTMG Lombok Peaker ini pun juga menggunakan media air laut yang diolah terlebih dahulu dan bersirkulasi dalam siklus tertutup.
“Jadi, secara otomatis tidak ada kebisingan yang ditimbulkan oleh radiator yang berfungsi sebagai sistem pendingin dari PLTMG tersebut,” tambah Yuyun.
PLTMGU Lombok Peaker sendiri terdiri dari 13 unit pembangkit gas engine yang terbagi menjadi 2 blok. Masing masing unit memiliki kapasitas 9.76 MW. Sehingga total daya yang dihasilkan sebesar 126.88 MW. Selanjutnya, 10 MW diperoleh dari pemanfaatan uap panas yang diolah oleh system PLTU.
Pemerintah berharap, PLTMGU Lombok Peaker ini diharapkan juga bisa mendukung tumbuhnya pariwisata seperti Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.(RI)
Komentar Terbaru