JAKARTA – Langkah pembentukan Holding-Subholding di Pertamina Group menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pelaksanaan project financing untuk proyek-proyek besar di Pertamina. Salah satu proyek besar yang ditugaskan kepada PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) adalah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Dalam penyelesaian project financing proyek RDMP Balikpapan yang melibatkan 4 Export Credit Agency (ECA) dan 22 Commercial Banks, KPI dan PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) membutuhkan aksi yang gesit serta pengambilan keputusan yang cepat agar percepatan penyelesaian project financing ini dapat dilakukan.
Dalam satu tahun terakhir dari 2022 hingga 2023, KPI dan KPB ‘menjemput bola’ ke seluruh lenders/ECA untuk percepatan penyelesaian project financing. “Ternyata untuk 5C (Capacity, Capital, Collateral, Conditions, Character) yang sebagai dasar kita untuk mengambil kredit, yang terpenting sebenarnya Character, bagaimana Character kita bisa diterima oleh para lenders kita, dan mereka percaya dengan kita agar project financing kita bisa berjalan,” ungkap Direktur Keuangan KPI Fransetya Hasudungan Hutabarat, di acara “Conference & Awarding Indonesia SWA 100 & Best CFO Forum 2023” yang diselenggarakan oleh SWA di Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu (4/10).
Salah satu tantangan utama dalam pelaksanaan project financing RDMP Balikpapan adalah skema yang digunakan yaitu Trustee Borrowing Scheme (TBS), dimana pelaksanaan project financing ini dijalankan tanpa collateral, hanya mengandalkan tolling agreement antara KPI dan KPB. Keterbatasan dana ekuitas yang dapat digunakan untuk progres proyek RDMP Balikpapan juga memberikan waktu yang sangat terbatas untuk penyelesaian project financing. Hal-hal tersebut menjadi tantangan yang cukup berat dalam pelaksanaan project financing.
Namun demikian, Fransetya dan tim berhasil menyelesaikan project financing dengan baik dan terus mendukung proyek RDMP Balikpapan tetap berprogres tanpa kekurangan dana.
Beberapa key strategies yang dijalankan dalam pelaksanaan project financing proyek RDMP Balikpapan yaitu melakukan penunjukkan legal advisors dan financial advisors yang tepat dan kompeten, kemudian juga secara agresif dan aktif melakukan offline meeting dengan lenders dan advisors untuk mempercepat penyelesaian project financing, serta menyediakan shareholder loan kepada KPB sebagai executor proyek agar progress proyek tetap terus berjalan.
Fransetya menyampaikan sizing project financing proyek RDMP Balikpapan yang cukup besar yaitu sebesar US$3,1 miliar, berhasil mendapatkan over-subscribed hingga US$4,39 miliar (142%) meskipun di tengah ekonomi dunia yang sedang bergejolak pada saat itu.
Fransetya menyebutkan keberhasilan lain dalam project financing ini adalah bisa mendapatkan bunga yang lebih rendah dibandingkan proyek terdahulu. “Kami dengan bangga mempersembahkan The Biggest Project Financing di Pertamina yang melibatkan ECA, dengan nilai US$3,1 miliar atau sekitar Rp 45 triliun, demi ketahanan energi di Indonesia, supaya kita tidak lagi meng-import dalam jumlah yang besar, agar kita bisa mandiri,” ujarnya.
Selain journey pelaksanaan project financing RDMP Balikpapan, Fransetya juga memberikan kiat-kiat sukses menjadi CFO selama belasan tahun di lebih dari 6 perusahaan berbeda. Dalam bekerja, Fransetya selalu menerapkan beberapa tata nilai yaitu Team Work, Empowering Others, Respect (Not Fear), Taking Ownership, Servant Leadership, Open Mind Open Heart, dan Overcoming Complexity.
Dalam event “Conference & Awarding Indonesia SWA 100 & Best CFO Forum 2023”, Diektur Keuangan PT Kilang Pertamina Internasional Fransetya Hasudungan Hutabarat mendapatkan penghargaan Indonesia Best CFO Tahun 2023 by SWA serta menjadi salah satu pembicara yang membawakan topik pembahasan dengan judul “CFO’s Role in Leading The Smart Strategy to Become Investors’ Darling – Project Financing of National Strategic Project Refinery Development Master Plan Balikpapan PT Kilang Pertamina Internasional”.
PT Kilang Pertamina Internasional merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang menjalankan bisnis utama pengolahan minyak dan petrokimia sesuai dengan prinsip ESG (Environment, Social & Governance). PT KPI juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) dan berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG. PT KPI akan terus menjalankan bisnisnya secara profesional untuk mewujudkan visinya menjadi Perusahaan Kilang Minyak dan Petrokimia berkelas dunia yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta memiliki tata Kelola perusahaan yang baik.(RA)
Komentar Terbaru