KUTAI KARTANEGARA – Berawal dari kepedulian lingkungan terkait banyaknya limbah bekas tali kapal di wilayah perairan Muara Badak, Kalimantan Timur, PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) bersama mitra binaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) menginisiasi program Balanipa berupa pengolahan limbah tali bekas kapal menjadi tali berkualitas untuk rumpon.

Head of Comrel & CID Zona 9 Regional 3 Kalimantan Zona 9, Subholding Upstream Pertamina, Elis Fauziyah, mengungkapkan area Muara Badak berada di area ring 1 PHSS. Program Balanipa memiliki potensi cukup baik selain pasarnya yang juga cukup kuat. “Ini memang salah satu yang menjadi usaha yang berlanjut. Yang menarik, limbah bekas tali kapal awalnya dianggap tidak bermanfaat namun bisa diolah menjadi barang yang bernilai. Konsepnya, economic sirkular yang bisa berjalan hingga meraih omset ratusan juta,” ujar Elis saat ditemui di lokasi program Balanipa, Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur Rabu 2 Oktober 2024.

Menurut Elis, selain ekonomi program Balanipa juga memberdayakan masyarakat sekitar. Sehingga mendapat kebermanfaatan ekonomi. Adapula keterlibatan ibu rumah tangga yang berdampak positif bagi keluarganya.

“Kami kolaborasikan dengan core competence di lapangan, yakni PHSS bersama tim. Mereka membantu dalam pengelolaan processingnya. Hingga akhirnya ditemukan inovasi Barotech (Balanipa Rope Technology). Dengan inovasi ini bisa memproduksi olahan limbah bekas tali kapal hingga 5x lipat dari sebelumnya yang masih manual,” ujar Elis.

Inovasi pada Program Balanipa, di mana tali bekas tersebut dipintal kembali dengan cara mengombinasikannya dengan tali nilon, sutera, dan semisutera sehingga menghasilkan tali yang lebih kuat. Produk yang dihasilkan tersebut kemudian dijual sebagai tali rumpon yang biasa digunakan para nelayan untuk mencari ikan.

Widhiarto Imam Subarkah, Field Manager PHSS, menyebut pengembangan Program Balanipa memiliki unsur transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari para pekerja migas di Zona 9 Subholding Upstream Pertamina kepada anggota mitra binaan.

“Kami ada tim CDO yang melakukan pendampingan aspek teknis. Dari enviro juga melakukan pembimbingan apakah ini ada dampaknya bagi lingkungan, aman bagi lingkungan atau tidak. Dari tim marketing kami lakukan pengembangan digital marketing. Untuk produk sampingannya kami kelola untuk memberikan nilai tambah. Semua terintegrasi sejak tahun 2020, termasuk marketing untuk mengikuti beberapa forum. Kami memperkenalkan marketing melalui digital, meningkatkan kompetensi dengan memperluas marketnya,” ujarnya.

Imam mengungkapkan inovasi teknologi Barotech awalnya dikembangkan oleh local hero, yakni Sahabuddin, yang kemudian didevelop oleh Tim PHSS untuk memastikan keamanannya. Teknologi Barotech sudah dipatenkan.

Program Balanipa berkontribusi terhadap upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), yaitu Tujuan 5 tentang Kesetaraan Gender (Gender Equality), Tujuan 8 tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (Decent Work and Economic Growth), serta Tujuan 12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (Responsible Consumption and Production).

Sahabuddin, local hero sekaligus Ketua KUBE, menyebutkan saat ini omset penjualan Tali rumpon, produk olahan limbah bekas tali kapal, sudah mencapai ratusan juta. Setiap bulannya sekitar 300 tali rumpon terjual, dengan harga satuannya Rp 280 ribu.

“Tali rumpon yang kami hasilkan bisa membantu nelayan karena harganya lebih murah,” ujar Sahabuddin.

Saat ini, kata Sahabuddin, KUBE yang beranggotakan 14 orang bersama PHSS juga mengembangkan produk sampingan berupa kerajinan anyaman tali, aksesoris wall mirror, hingga kursi.

Berkat upaya yang konsisten dan manfaat yang dihasilkan, Program Balanipa berhasil menyabet sejumlah penghargaan di tingkat regional dan nasional, di antaranya penghargaan Indonesia Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2021 dengan capaian SDGs 12.5; penghargaan Gold Kukar CSR Award 2023 untuk subkategori Biosphere; serta penghargaan Gold ISRA Awards 2024 untuk kategori Economic Empowerment.

Sahabuddin berharap ke depannya bisa Kelompok Usaha Bersama mandiri sehingga bisnis terus berlanjut.

“Secara bisnis inti kami sudah bisa mandiri,” kata dia.(RA)