JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan 12 miliar kaki kubik per hari (Bcfd) pada 2030. Untuk merealisasikan target tersebut perlu dobrakan inovasi, optimasi biaya operasi dan pengembangan lapangan, serta persiapan yang matang, mengingat kondisi lapangan-lapangan migas di Indonesia yang mature dan kompleks.
John Hisar Simamora, Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), mengatakan kompleksitas tersebut perlu dijawab dengan sumber daya manusia yang kompetensi yang juga akan siap untuk menyiapkan transisi energi dan untuk mencapai ketahanan energi Indonesia.
“Oleh karena itu, IATMI mengadakan acara International Virtual Conference 2021 untuk mendukung pemerintah mewujudkan target produksi satu juta bph minyak dan 12 Bcfd gas, serta mempersiapkan diri untuk transisi energi,” kata John, Selasa (5/4).
IATMI International Virtual Conference 2021 akan digelar pada Sabtu, 10 April 2021. Ajang yang menjadi pertemuan dari seluruh pelaku industri migas Indonesia yang tersebar di seluruh dunia itu akan mengusung tema “Bending the Production Curve and Transitioning to New Energy Landscape”.
Menurut John, konferensi terbuka bagi siapa saja yang tertarik dengan industri migas, khususnya pemerintah, praktisi industri migas, baik yang bekerja di Indonesia maupun luar negeri. serta praktisi akademis.
“Kami berharap dengan datangnya peserta dari berbagai latar belakang, dapat terbentuk diskusi untuk menjawab keingintahuanf dari berbagai sudut pandang,” kata John yang juga Direktur Strategic Planning & Business Development Pertamina Sub Holding Upstream.
Henricus Herwin, Ketua Pelaksana IATMI International Virtual Conference 2021, mengatakan konferensi terdiri dari empat FGD, yakni pertama membahas tentang kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan upaya untuk merealisasikan target produksi migas nasional satu juta bph dan 12 Bcfd gas pada 2030.
FGD kedua akan membahas tentang lapangan migas di Indonesia yang didominasi oleh lapangan-lapangan yang sudah tua dan produksinya menurun secara alamiah.
“Untuk mengoperasikan lapangan secara berkelanjutan dan melakukan pengembangan lapangan untuk meningkatkan produksi diperlukan terobosan-terobosan untuk mengontrol biaya operasi dan biaya pengembangan,” kata Henricus yang juga Vice President Development and Production Technical Excellence & Coordination Pertamina Sub Holding Upstream.
FGD ketiga akan mendiskusikan tentang tantangan industri migas yang kompleks membutuhkan tenaga manusia yang berkualitas. Untuk itu perlu metode yang tepat untuk mempersiapkan sumber daya manusia di dunia migas serta untuk mempertahankan dan menarik best talent untuk bekerja di dunia migas. Di sisi lain perlu dipikirkan strategi yang tepat untuk menyerap lulusan universitas-universitas teknik perminyakan di Indonesia yang tinggi.
Serta FGD terakhir membicarakan tentang transisi energi yang sedang berlangsung. Pada sesi ini akan dibahas outlook energy di masa depan, bagaimana perusahaan migas akan berevolusi dan apa yang harus dipersiapkan oleh para pelaku industri migas.
Henricus mengatakan, dengan diadakannya konferensi yang berbentuk diskusi aktif, diharapkan dapat terbentuknya pedoman bersama untuk membangun kompetensi penggiat migas di Indonesia, membuka koneksi antar stakeholders di industri migas, serta membantu pemerintah untuk menghadapi tantangan industri ke depannya.
“Hasil diskusi dari event ini akan dijadikan rekomendasi dari IATMI untuk pemerintah dan praktisi dunia migas dalam mendukung target produksi satu juta bph minyak dan 12 Bcfd gas,” kata Henricus.(RI)
Komentar Terbaru