JAKARTA – Dalam tiga tahun terakhir kinerja keuangan Mineral Industry Indonesia (MIND ID) terlihat positif meskipun dalam tahun terakhir atau tahun 2023 menurun dibandingkan tahun 2022 yang disebabkan oleh faktor ekstermal berupa penurunan harga beberapa komoditas mineral dan batu bara.

Hendi Prio Santoso, Direktur Utama Mind ID, menjelaskan terus tumbuhnya kinerja keuangan MIND ID juga berdampak pada pertumbuhan penerimaan negara.

Adapun kontribusi MIND ID pada negara yang terdiri dari PNBP dan pajak lainnya selain royalti, kemudian royalti, kemudian PPh Badan.

“Ini meningkat dari 2021 sebesar Rp32,6 triliun menjadi Rp58,18 triliun pada tahun 2022, kami mengalami sedikti penurunan di 2023 mencapai Rp49,69 triliun, ini dapat kami jelaskan penurunan tersebut karena turunnya sebagian harga komoditi tambang yang ada dalam grup MIND ID,” ungkap Hendi dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (3/6).

Menurut dia penurunan harga yang terjadi cukup signifikan dan kondisi itu jelas langsung berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. “Sangat signifikan adalah batu bara. kemudian juga hal yang sama juga di timah juga sedikit turun, kemudian juga di nikel, terutama feronikel lymayan signifikan, sehingga deimikianlah kira-kira kontribusi grup MIND ID atas setoran pajak, PNBP, dan royalti sampe 2023,” jelas Hendi.

Meskipun begitu, MIND ID tetap sukses mencetak laba bersih sepanjang tahun 2023 lalu. Berdasarkan data perusahaan, MIND ID grup membukukan laba bersih sebesar Rp27,5 tiliun.

“Net profit, yang alhamdulilah sejak 2021-2023 average growth rate-nya 39 persen, meningkat dari Rp 14,3 triliun di 2021, meningkat Rp 22,5 triliun di 2022, dan menjadi Rp 27,5 triliun menurut laporan audited di tahun 2023,” ujar Hendi

Ada beberapa indikator yang mendorong kinerja keuangan MIND ID tumbuh positif. Salah satunya produksi sejumlah komoditas, yakni batu bara, emas, bauksit, aluminum, hingga nikel.

Pada 2023, produksi batu bara MIND ID yang dimotori oleh PT Bukit Asam Tbk Lalu produksi nikel, bauksit, aluminum, timah ingot, tembaga, emas dan perak.

“Kinerja batu bara secara volume menjadi 41,9 juta ton. Kemudian yang kedua adalah nikel sebesar 13,4 juta ton. Kemudian bauksit sebesar 2 juta ton. Kemudian aluminum 215 ribu ton, kemudian timah ingot 15 ribu ton, tembaga 761 ribu ton, dan emas dan perak masing-masing 200 ribu ton,” jelas Hendi