JAKARTA – Setelah turun tajam minggu karena pengurangan cadangan bahan bakar AS dan kemungkinan pemotongan produksi OPEC, harga minyak berjangka pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) ditutup menguat.
Minyak mentah Brent berjangka naik 50 sen menjadi US$66,62 per barel. Demikian juga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), naik 21 sen menjadi US$56,46 per barel.
Data Badan Informasi Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah melonjak 10,3 juta barel pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak Februari 2017. Analis dalam jajak pendapat Reuters telah memperkirakan peningkatan 3,2 juta barel.
Data EIA menunjukkan, stok bensin turun 1,4 juta barel, sementara stok distilat turun 3,6 juta barel.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang dipimpin oleh Arab Saudi, tengah mempertimbangkan pemangkasan produksi hingga 1,4 juta barel per hari (bph) pada 2019 untuk menghindari peningkatan persediaan global yang mendorong harga minyak jatuh seperti di 2014 dan 2016.
“Harga minyak mengabaikan data (EIA) sejauh ini. Satu penjelasan bisa jadi bahwa pengurangan produksi besar oleh OPEC menjadi lebih mungkin,” ungkap Carsten Fritsch, Analis Komoditas Commerzbank,
Sumber-sumber Rusia sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia ingin tetap keluar dari pemotongan produksi minyak yang disebut-sebut oleh beberapa mitranya dalam perjanjian pasokan yang dipimpin OPEC.
Kepala perusahaan minyak negara Libya NOC, mengatakan dalam sebuah pernyataannya pada Kamis (15/11) bahwa penting bagi OPEC dan produsen non-OPEC untuk bekerja sama menjaga stabilitas pasar minyak.
Badan Energi Internasional (IEA) dan OPEC minggu ini memperingatkan surplus yang cukup besar setidaknya di paruh pertama tahun 2019, dan mungkin di luar itu, mengingat laju pertumbuhan produksi non-OPEC dan permintaan yang lebih lambat di konsumen terbesar seperti China dan India.
Harga minyak telah kehilangan sekitar seperempat dari nilainya dalam hanya enam minggu, tertekan oleh perlambatan ekonomi global dan melonjaknya produksi minyak mentah yang dipimpin oleh AS. Produksi minyak mentah AS naik menjadi 11,7 juta barel per hari, rekor tertinggi, menurut data EIA pada Kamis (15/11).
“Penyuling-penyuling dan konsumen Asia yang kami ajak bicara menyebutkan kekhawatiran awal dari perlambatan permintaan,” kata Mike Corley, Presiden Mercatus Energy Advisors.(AT/ANT)
Komentar Terbaru