JAKARTA– PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), emiten pertambangan mineral logam, mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang kuartal I 2019 dibandingkan rugi pada periode sama tahun lalu.

Feni Silviani Budiman, Dirut Central Omega Resources, dalam laporan keuangan perusahaan yang disampaikan kepada otoritas bursa pada Minggu (5/5), menyatakan sepanjang Januari-Maret 2019 perusahaan membukukan pendapatan Rp 298,06 miliar dengan beban pokok penjualan sebesar Rp 215,8 miliar. Dengan demikian laba kotor perusahaan tercatat Rp 82,26 miliar.

Di sisi lain, perusahaan beban usaha meroket dari Rp14,6 miliar pada periode kuartal I 2018 menjadi Rp 69,85 miliar. Ini terdiri atas beban penjualan sebesar Rp23,39 miliar serta beban umum dan administrasi yang mencapai Rp 46,46 miliar. Dengan demikian laba usaha mencapai Rp 12,4 miliar dibandingkan rugi usaha Rp14,6 miliar.

“Perusahaan juga mencatatkan EBITDA sebesar Rp11,43 miliar dari kursi pada kuartal I 2019 sebesar Rp28,3 miliar sehingga laba tahun berjalan mencapai Rp12,5 miliar ketimbang rugi Rp22,94 miliar,” ujar Feni dalam keterbukaan informasi yang dilansir Bursa Efek Indonesia.

Manajemen Central Omega terus meningkatkan kinerja tahun ini. Salah satu buktinya berupa peningkatkan produksi. Demi mencapai target tersebut, manajemen Central Omega Resources melakukan penawaran umum terbatas (PUT) II dalam rangka penerbitan saham dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD/rights issue). Dari aksi korporasi ini ditargetkan perusahaan akan memperoleh dana senilai maksimal Rp 2,39 triliun.

Berdasarkan prospektus ringkas yang dirilis perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), perusahaan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 9,58 miiar saham dengan nominal Rp 100/saham. Saham tersebut dilepas dengan kisaran harga Rp 200-Rp 250/saham. Dana hasil rights issue digunakan perusahaan untuk modal kerja perusahaan beserta anak usahanya.

Selain itu, dana hasil rights issue itu juga akan digunakan untuk mendukung meningkatkan kapasitas produksi bijih nikel di anak usaha dengan menambah operator-operator yang mengerjakan penambangan bijih nikel. Perusahaan menargetkan dapat meningkatkan kapasitas produksi di smelter miliknya yang saat ini memiliki tingkat utilisasi sebesar 50% dengan produksi tahun lalu sebanyak 46.841 ton ferronikel.

Pemegang saham utama perusahaan yakni PT Jinsheng Mining telah berkomitmen menjadi pembeli siaga sebanyak 2 miliar saham dari PUT tersebut. Pemegang saham telah memberikan restu untuk melaksanakan aksi korporasi ini pada 28 Februari 2019. Perusahaan menargetkan untuk memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Mei 2019. (RA)