JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya bergerak dalam mencari sosok untuk mengisi salah satu posisi paling strategis yakni Direktur Jendral Migas yang kosong sejak dinonaktifkannya Achmad Muchtasyar sebagai buntut kegaduhan masalah distribusi LPG subsidi 3kg pada Februari lalu.

Tahapan penting dan akhir dalam seleksi Dirjen Migas yakni wawancara oleh panitia seleksi sudah rampung dan tinggal proses penyerahan nama-nama kepada Presiden Republik Indonesia.

Satu hal yang pasti bahwa kali ini calon Dirjen Migas bakal diisi oleh internal atau pejabat karir di Kementerian ESDM setelah dua edisi sebelumnya di isi dari eksternal Kementerian ESDM yakni ada Tutuka Ariadji dan Achmad Muchtasyar. Tutuka adalah guru besar teknik perminyakan dari Universitas Gadjah Mada sementara Achmad Muchtasyar adalah praktisi atau mantan Direksi PT PGN Tbk.

Kelimanya antara lain Alimuddin Baso, Inspektur II di Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM. Kemudian ada Julian Ambassadur Shiddiq yayng sekarang menduduki posisi Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara Kementerian ESDM.

Lalu ada pejabat di lingkungan Migas lainnya yaitu Laode Sulaeman, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Migas ESDM, Mirza Mahendra yang saat ini duduki posisi Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi. Serta ada Noor Arifin Muhammad yang sekarang mengisi posisi Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi.

Sebelum menjabat Direktur Teknik dan Lingkungan, Noor Arifin adalah Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas. Dia menyelesaikan pendidikan Masternya di Purdue University pada tahun 2020.

Alimudin Baso juga merupakan muka lama di lingkungan Ditjen Migas. Dia pernah mengisi berbagai posisi strategis di Ditjen Migas antara lain Sekretaris Jendral Ditjen Migas, kemudian pernah juga mengisi posisi Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Ditjen Migas Kementerian ESDM.

Nama lainnya adalah Laode Sulaeman, yang saat ini sebagai Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi. Laode sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi.

Selanjutnya ada Julian Ambassadur Shiddiq diketahui telah bergabung di Kementerian ESDM pada 2002, dua tahun setelah menamatkan pendidikan Sarjana Geologi di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2000. Dia kini menjabat sebagai Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara (Minerba).

Sebelumnya, pria kelahiran Bandarlampung pada 3 Juli 1975 itu juga bekerja sebagai Kepala Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral Batu Bara (Puslitbang tekMIRA). Selain itu, Julian juga pernah berkarier di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).

Dari kelima nama tersebut ada satu nama yang paling menarik untuk diulas dan diprediksi sebagai kandidat kuat duduki posisi Dirjen Migas yakni Mirza Mahendra. Pria kelahiran Februari tahun 1981 ini dinilai sebagai sosok segar yang bisa memberikan warna baru dalam birokrasi industri migas tanah air. Meskipun masih terbilang muda tapi pengalaman Mirza dinilai sudah mumpuni untuk duduki posisi strategis sekelas Dirjen Migas. Posisi Mirza saat ini sebagai Direktur Pembinaan Program Migas jadi nilai plus karena bisa mengetahui seluk beluk program migas dari hulu hingga hilir. Selain itu, darah migas udah kental dalam diri Mirza karena Asal tahu saja karirnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) memang sudah sudah berawal dari dunia migas.

Mirza antara lain pernah menjabat sebagai Kasubdit Keselamatan Hulu Migas serta Kasubdit Keselamatan Hilir Migas. Berikutnya, ia pernah dipercaya sebagai Inspektur IV pada Inspektorat Jenderal Kementerian ESDM.

Pria alumnus Teknik Mesin Universitas Trisakti serta jebolan master dan doktor dari Universitas Indonesia ini pernah menjadi salah satu penerima Penghargaan Satyalancana Wira Karya sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia tertanggal 12 Juli 2021.

Dia dianugerahi penghargaan tersebut karena dinilai berperan aktif dalam penanggulangan semburan hidrokarbon Sumur YYA-1 PT PHE ONWJ pada tahun 2019 melalui metode relief well untuk mematikan semburan sumur, sehingga dapat menghentikan pencemaran yang dapat membahayakan keselamatan masyarakat dan lingkungan serta berdampak besar pada industri migas Indonesia. Saat itu, Mirza diketahui menjabat sebagai Kasubdit Keselamatan Hulu Migas, Kementerian ESDM. (RI)