JAKARTA– PT Saptaindra Sejati (SIS), anak usaha PT Adaro Energy Tbk (ADRO) di sektor jasa tambang, memberi kontribusi signifikan terhadap produksi batu bara yang dikelola Adaro Energy. Sepanjang 2018, SIS sebagai kontraktor Adaro Energy, memproduksi batubara sebanyak 44,93 juta ton atau naik 27% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat 35,43 juta ton.
Dalam Laporan Operasional Kuartalan Kuartal IV 2018, manajemen Adaro Energy melaporkan bahwa produksi batu bara yang dihasilkan oleh SIS mencapai 56% dari total produksi batu bara Adaro Energy sepanjang 2018 sebanyak 54,1 juta ton. Sisa 44% produksi batubara dihasilkan oleh dua perusahaan jasa PT United Tractors Tbk (UNTR) sebesar 33% dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak usaha PT Delta Dunia Makur Tbk (DOID) sebesar 11%.
SIS juga mencatatkan pengupasan lapisan penutup sepanjang 2018 sebesar 220,52 juta BCM atau lebih tinggi 23% dibandingkan periode 2017 yang tercatat 179,17 juta BCM. Pengupasan lapisan penutup oleh SIS ini berkontribusi 44%. Sisanya oleh Pama sebanyak 38% dan BUMA 18%.
Adaro Energy juga mencapai target operasional baik untuk volume produksi maupun nisbah kupas. Produksi batubara mencapai 15,06 juta ton, yang berasal dari PT Adaro Indonesia (AI), Balangan Coal Companies, dan Adaro MetCoal Companies (AMC) pada kuartal IV 2018, atau naik 21% dari 12,43 juta ton pada kuartal IV 2017. Total produksi batubara Adaro Energy pada 2018 mencapai 54,04 juta ton, atau naik 4% dari 51,79 juta ton pada 2017 dan sejalan dengan panduan produksi yang ditetapkan sebesar 54 juta ton sampai 56 juta ton.
Produksi batu bara Adaro Energy pada 2018 sebesar 54,04 juta, naik 4% dari 2017 sebesar 51,79 juta ton. Penjualan naik 5% dari 51,82 juta 54,39 juta. Pengupasan lapisan penutup naik 15% dari 237,79 juta BCM menjadi 273,55 juta BCM.
Adaro Indonesia (AI), anak usaha Adro Energy, memproduksi 48,33 juta batubara pada 2018 atau naik 1% y-o-y dan total penjualan batubara AI pada 2018 mencapai 53,54 juta ton, atau 6% lebih tinggi daripada 2017. Total pengupasan lapisan penutup dari tiga tambang AI tercatat 60,15 juta BCM pada kuartal IV 2018, atau 17% lebih tinggi daripada kuartal IV2017. Pengupasan lapisan penutup AI mencapai 246,47 juta BCM pada 2018, atau naik 9% dari 2017.
Menurut manajemen Adaro Energy, walaupun pasar batubara mengawali 2018 dengan harga yang tinggi, mulai awal semester II, harga spot internasional untuk batubara bernilai kalor di bawah 5.500 NAR terkoreksi turun. Lingkungan makro dan peningkatan volatilitas akibat pengendalian kebijakan pemerintah membawa tantangan yang besar di pasar batubara. Namun demikian, pasar batubara termal seaborne global 2018 naik sekitar 5% year-over-year (y-o-y) akibat peningkatan konsumsi di China, India dan Asia Tenggara.
Pada kuartal IV 2018, perbedaan antara harga batubara acuan Global Coal Newcastle (gCN) dan batubara sub-bituminus semakin besar. Pasokan batubara sub-bituminus yang melimpah tidak disertai dengan permintaan yang memadai di pasar sehingga menekan harga batubara yang bernilai kalor lebih rendah dari 5.500 kkal/kg NAR, dengan jenis 4.200 kkal/kg yang paling terdampak. Pengetatan suplai batubara bituminus menahan harga acuan gCN tetap tinggi, pada harga rata-rata AS$104,20 per ton pada kuartal IV 2018.
Permintaan dari China melemah pada akhir 2018 karena penurunan konsumsi listrik dari Juli sampai November 2018 sebelum bergerak naik lagi pada bulan Desember karena musim dingin. Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur China dipertahankan pada level sekitar 50 selama kuartal IV 2018 karena tensi yang berkepanjangan akibat perang dagang antara China dan Amerika Serikat menyebabkan permintaan batubara tidak mencapai level setinggi yang diperkirakan, padahal biasanya 4Q18 merupakan waktu pengisian persediaan di China.
Terlepas dari penurunan pada kuartal IV2018, impor batubara China secara keseluruhan (tidak termasuk batubara kokas) pada 2018 naik sekitar 16 juta ton y-o-y.
Di sisi lain, PMI India dipertahankan di atas 50 dan produksi PLTU naik 7% y-o-y selama kuaral IV2018. Suplai batubara domestik India yang berasal dari Coal India dan Singareni Collieries Company naik 6% y-o-y pada tahun 2018, tetapi angkutan kereta yang terbatas menyebabkan kemacetan pada transportasi batubara dari tambang ke pembangkit listrik. Hal ini mengakibatkan kenaikan signifikan pada permintaan terhadap impor batubara, terutama yang berasal dari Indonesia, maupun dari Amerika Serikat dan Australia.
Impor batubara India pada 2018 naik sekitar 25 juta ton menjadi 160 juta ton. Persetujuan pemerintah terhadap revisi tarif bagi pembangkit-pembangkit listrik di Mundra juga ikut mendorong impor batubara.
Permintaan terhadap impor batubara di Asia Tenggara, yang merupakan salah satu pusat pertumbuhan pasar batubara termal seaborne global, naik 17% y-o-y pada 2018 menjadi sekitar 79 juta ton. Permintaan ini terutama datang dari Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Secara nominal, Malaysia merupakan importir batubara terbesar di wilayah ini dengan tonase 34 juta ton pada tahun 2018, atau naik 25% y-o-y. Sementara itu impor batubara ke Vietnam naik 44% y-o-y.
Permintaan dari wilayah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring ekspansi kapasitas PLTU.
Batubara yang berasal dari Indonesia, AS, Rusia, dan Australia menutupi kenaikan permintaan, dengan naik signifikan atau sebesar 7% y-o-y secara gabungan.
Di Indonesia, menurut pejabat Kementerian ESDM, total produksi batubara mencapai 528 juta ton pada 2018, atau 8% lebih tinggi daripada 485 juta ton yang ditargetkan. Sisi suplai Indonesia yang fleksibel berperan penting dalam pasokan batubara 4.200 kkal/kg di pasar seaborne.(DR)
Komentar Terbaru