NEW YORK – Harga minyak mentah berbalik naik (rebound) pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (30/1) pagi WIB. Ini dipicu karena Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) pada Senin (28/1) sebagai bentuk tekanan keuangan terhadap Presiden Venezuela Nicolas Maduro melalui pembatasan ekspor minyak mentah negara itu.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Maret naik US$1,32, menjadi menetap pada US$53,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik US$1,39, menjadi ditutup pada US$61,32 per barel di London ICE Futures Exchange.

Kementerian Keuangan AS menyebutkan bahwa PDVSA adalah “sumber utama pendapatan dan mata uang asing Venezuela.” John Bolton, Penasihan Keamanan Nasional AS, mengatakan PDVSA memberikan kontribusi besar sekali terhadap ekspor minyak Venezuela, langkah itu akan menutup US$ 7 miliar dalam aset-aset dan dapat mengakibatkan kehilangan penjualan senilai US$11 miliar selama tahun berikutnya.

Gedung Putih menyebutkan setiap pembelian minyak Venezuela oleh entitas AS akan mengalir ke akun-akun yang diblokir. Uang yang bersangkutan hanya akan diberikan kepada para pemimpin sah Venezuela.

Presiden AS Donald Trump mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela yang sah pekan lalu, mengecam Presiden petahana Maduro yang memenangkan pemilihan umum tahun lalu dengan lebih dari dua pertiga suara.

Kantor berita Reuters menyebutkan, AS adalah pelanggan minyak terbesar Venezuela, mengimpor sekitar 500.000 barel minyak mentah per hari.

PDVSA juga merupakan perusahaan induk dari perusahaan minyak Citust yang berbasis di Houston dan memegang saham mayoritas Citgo, juga penyuling dan pengangkut bahan bakar dan produk-produks industri lainnya.

Para investor khawatir bahwa sanksi-sanksi terbaru akan berdampak negatif pada pembeli AS dan mengirim harga minyak global melonjak. (RA)