JAKARTA – ExxonMobil melalui Mobil Cepu Ltd, sukses menyalip PT Chevron Pacific Indonesia yang mengelola blok Rokan di posisi teratas kontributor produksi minyak Indonesia. Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyebutkan, realisasi lifting minyak hingga semester I tahun ini, Mobil Cepu Ltd mencapai 209,9 ribu barel oil per day (BOPD), lebih dari target yang dicanangkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 205 ribu BOPD.
Menyusul kemudian realisasi lifting minyak Chevron 207,14 ribu BOPD. Realisasi tersebut belum mencapai target APBN sebesar 213,55 ribu BOPD.
Amien Sunaryadi, Kepala SKK Migas, mengaku sudah memprediksi kinerja moncer Exxon di blok Cepu, Jawa Timur. Perusahaan asal Amerika itu sudah berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi Cepu menjadi diatas 200 ribu BOPD.
“Sejak Indonesia merdeka, Chevron jadi yang pertama. Saya bilang ke Chevron, hati-hati, kalau tidak hati-hati disalip Exxon,” kata Amin di kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (6/7).
Hingga akhir 2017, Chevron masih menjadi yang teratas dengan lifting mencapai 224,3 ribu BOPD dan Exxonmobil hanya 204,2 ribu BOPD.
Sejak akhir tahun lalu Exxonmobil mendapat persetujuan dari SKK Migas untuk bisa memproduksi minyak di lapangan Banyuurip, Blok Cepu hingga mencapai kapasitas maksimal 220 ribu BOPD.
Exxonmobil telah memenuhi syarat dari SKK Migas agar bisa meningkatkan produksi yakni dengan menemukan cadangan baru yang jumlahnya mencapai 729 juta barel dan bisa bertahan hingga 2020.
Untuk lifting gas juga alami perubahan ketimbang realisasi hingga akhir tahun lalu. Jika pada akhir 2017, blok Mahakam yang masih dikelola oleh PT Total E&P Indonesie menjadi kontributor terbesar dengan lifting 1,255 juta barel oil ekuivalen per day. Diikuti oleh BP Tangguh dari tiga blok yakni Berau, Wiriagar, Muturi dengan lifting 908 ribu BOEPD kini hingga semester pertama, blok Mahakam yang saat ini dikelola Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Mahakam hanya mampu menduduki peringkat kedua dengan lifting 916 ribu BOEPD atau hanya 83,3% dari target APBN 2018 yakni 1.100 BOEPD dan disalip oleh BP Tangguh yang sukses mencetak lifting sebesar 1.049 ribu BOEPD dari target 1.100 BOEPD.
Amien memastikan penurunan produksi di blok Mahakam bukan disebabkan oleh operator karena persiapan alih kelola sudah dilakukan sejak dua tahun sebelum kontrak habis serta investasi oleh Pertamina sudah dilakukan satu tahun sebelumnya dikelola resmi terjadi. Menurut Dia penurunan produksi lebih disebabkan karena masalah teknis.
“Sumur-sumur yang dibor tidak sesuai prognosa yang ditargetkan dulu. Mahakam terminasi tidak ada pengaruh karena sudah sejak dua l tahun sebelum expired persiapan, setahun sebelum sumur sudah dibor oleh Total, yang ada malah prediksinya (salah),” tandas Amien.(RI)
Komentar Terbaru