Meski saat ini cenderung stagnan, namun diyakini pada dua tahun mendatang nilai saham PT Aneka Tambang Tbk (Antam) bakal melejit, seiring tuntasnya proyek-proyek prestisius perusahaan tambang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini.
Direktur Utama Antam, Alwinsyah Lubis mengakui, sejumlah investor sempat bertanya kepadanya, mengapa harga saham Antam di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak bergerak. Berkilaunya harga emas yang merupakan salah satu komoditi unggulan perusahaan ini, seolah tak banyak berpengaruh mengerek nilai saham Antam ke posisi saham-saham unggulan.
“Kami menyimpulkan, investor tidak melihat berkilaunya harga emas, sebagai alasan untuk memburu saham Antam. Membaiknya harga emas, lebih dilihat sebagai efek kepanikan akibat krisis ekonomi dunia. Investor saat ini lebih memahami Antam sebagai produsen nikel, yang harganya sedang kurang bagus,” tutur Alwin di Jakarta awal Agustus 2012.
Maka dari itu, kata Alwin, Antam tidak mau terus-menerus hanya dipandang sebagai produsen feronikel. Emiten yang listing di BEI dengan kode ANTM ini pun menggenjot proyek-proyek prestisiusnya, guna melakukan diversifikasi produk. “Target kami, pada 2014 nanti Antam bukan lagi dikenal sebagai produsen feronikel, melainkan produsen alumina,” ujarnya.
Alwin menjelaskan, proyek pembangunan pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Antam di Tayan, Kalimantan Barat, penggarapan konstruksinya sudah mencapai 81% per Juni 2012. Ditargetkan pembangunan pabrik itu tuntas pada 2013, dan pada 2014 sudah memasuki tahap commissioning (uji coba, red).
Proyek lainnya adalah modernisasi dan optimasi pabrik feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara, yang sudah rampung 50%. Termasuk dalam proyek ini ialah pembangunan PLTU Pomalaa yang juga berjalan on track dan on schedule, serta ditargetkan mulai beroperasi pada 2014.
Kemudian proyek pembangunan pabrik feronikel (FeNi) Halmahera Timur (Haltim) pembangunannya juga telah mencapai 25%. Selain itu, Antam juga memiliki dua proyek utama lainnya, yakni proyek Smelter Grade Alumina (SGA) Mempawah, Kalimantan Barat dan proyek pembangunan pabrik Nickel Pig Iron di Mandiodo, Sulawesi Tenggara.
Proyek SGA Mempawah saat ini berada dalam tahap studi kelayakan. Sementara proyek nikel Mandiodo sedang mempersiapkan Bankable Feasibility Study (BFS) setelah studi kelayakan oleh pihak independen selesai dilakukan.
“Kami yakin setelah Antam memiliki tiga pabrik (CGA Tayan, FeNi Haltim, dan FeNi I-III Pomalaa yang sedang dioptimasi saat ini, red) di 2014, maka saham Antam akan melejit. Keluar dari posisinya sekarang Rp 1.200 – 1.300 per saham,” tambah Direktur Keuangan Antam, Djaja M Tambunan pada kesempatan yang sama.
Diketahui, sepanjang April – Juni 2012 harga rata-rata saham ANTM di BEI Rp 1.517,74 per saham. Sedangkan harga rata-rata saham ANTM di ASX periode April-Juni 2012 adalah USD 1,25 per CDI. Pada 2011 Antam membagikan dividen sebesar Rp 867,66 miliar (Rp 90,99 per saham) yang merupakan 45% dari laba bersihnya.
Disclimer: ulasan ini hanya merupakan informasi dan prediksi, bukan penawaran untuk menjual dan membeli. Keputusan sepenuhnya ditangan investor dan pembaca.
Komentar Terbaru