JAKARTA – Pemerintah didesak untuk membatalkan rencana bagi-bagi IUPK (izin usaha pertambangan khusus) batu bara kepada ormas keagamaan. Hal ini merupakan bentuk fungsi pemerintah sebagai penjaga moral dalam kebangsaaan. Dunia tambang Indonesia yang masih carut marut justru bisa menjerumuskan ormas keagamaan ke kondisi yang jauh dari semangat keagamaan.
Mulyanto, anggota Komisi VII DPR RI menyatakan langkah salah-salah kebijakan ini justru dapat menjerumuskan ormas keagamaan, sebagai penjaga moral masyarakat, ke dalam “dunia hitam” pertambangan.
Menurut Mulyanto, semestinya Pemerintah mengatur usaha pertambangan sesuai dengan amanat konstitusi, agar kekayaan alam yang dikuasai negara benar-benar dapat memakmurkan kehidupan rakyat, bukan malah membagi-bagi IUPK eks PKP2B pada pendatang baru yakni ormas keagamaan yang secara spesialisasi dan kompetensi pertambangan masih belum terbukti.
“Ini dikhawatirkan malah akan memperunyam kondisi pertambangan nasional yang memang sudah semrawut,” jelas Mulyanto, Jumat (14/6).
Mulyanto membeberkan kasus-kasus pertambangan dengan kerugian negara triliunan rupiah akhir-akhir ini susul-menyusul terungkap. Ini membuktikan industri tambang tanah air tidak sedang baik-baik saja dan seharusnya itu dulu yang dibenahi.
Kasus korupsi timah di Babel dengan kerugian negara yang fantastis mencapai 300 triliun rupiah belum tuntas ditangani. Sementara aparat belum berhasil menuntaskan kasus tambang emas ilegal di Kalimantan, yang menggunakan alat berat dan melibatkan WNA China sebanyak 80 orang yang sebagian dengan visa turis, tiba-tiba muncul kasus serupa di Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Belum lagi soal reklamasi lahan pasca tambang, kerusakan lingkungan hidup, termasuk masalah limbah tambang yang dibuang sekenanya ke sungai atau laut yang merusak ekosistem biota air.
Sementara jumlah Inspektur Tambang sangat terbatas, satgas tambang ilegal terpadu cuma menjadi wacana karena sampai hari ini belum diteken Presiden.
Padahal beking aparat, termasuk perang bintang di dunia tambang bukanlah rahasia lagi bagi publik.
Karenanya tidak mengherankan kalau dua orang mantan Dirjen Minerba menjadi tersangka terkait dengan sengkarut pertambangan. Sudah berbulan-bulan jabatan Dirjen Minerba kosong.
Menurut Mulyanto alih-alih membagi-bagikan IUPK kepada Ormas Keagamaan, yang dikhawatirkan menambah carut-marut dunia pertambangan nasional, ia mendesak agar Pemerintah secara serius menata kelembagaan pertambangan nasional.
“Bandingkan dengan komoditas Migas yang mempunyai lembaga pengatur dan pengawas baik di hulu maupun di hilir, yakni SKK Migas dan BPH Migas,” kata Mulyanto. (RI)
Komentar Terbaru