JAKARTA- Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah merilis realisasi produksi dan lifting migas dari 10 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) utama di Indonesia hingga 30 April 2019. Hasilnya hampir seluruh anak usaha PT Pertamina (Persero) tidak mencapai target produksi dan lifting. Realisasi lifting baru minyak baru 749,6 ribu barel per hari (BPH) dari target 775 ribu BPH atau baru 96,7% dari target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Lifting gas juga baru 5.909 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari target 7.000 MMSCFD atau baru 84,4% dari target APBN.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan salah satu penyebab belum tercapainya target lifting adalah kendala dalam investasi, terutama dialami Pertamina. “Ada beberapa kendala dalam proses untuk investasi. Kami harapkan Pertamina bisa mempercepat investasi 2019, sehingga bisa kembali,” kata Dwi di Kantor SKK Migas, Rabu (8/5).
Salah satu KKKS yang belum mencapai target adalah PT Pertamina Hulu Mahakam yang mengelola Blok Mahakam. Pertamina telah menargetkan untuk membor 118 sumur di Blok Mahakam dan baru terealisasi sebanyak 30 sumur.
Menurut Dwi, dari jadwal yang ada dan melihat sisa waktu, pengeboran di Mahakam sangat padat. Untuk itu, Pertamina diminta mempercepat realisasi pengeboran sumur-sumurnya di sana.
“Dari 30 ini baru 20 yang bisa onstream atau mengalirkan produksi. Sebanyak 10 sumur lagi baru menyelesaikan infrastruktur untuk bisa ikut yang lain. Sepertiga dari satu tahun. Memang harus dikejar. Dari 30, baru seperempat, harus dikejar kegiatan investasi ke depan,” katanya.
SKK Migas kata Dwi telah menerima laporan dari Pertamina dan kasus yang terjadi di Blok Mahakam hampir terjadi juga di blok-blok lain. Untuk itu, SKK Migas meminta Pertamina untuk bisa mempercepat investasi di sisa waktu yang ada. “Mostly seperti itu kejadiannya di blok-blok lain. Manajemen Pertamina juga sudah menyampaikan akan speed up untuk investasi dan kegiatan sehingga bisa segera kembali (naik produksi),” kata Dwi.
Dalam data SKK Migas ada empat anak usaha yang menjadi kontributor utama lifting minyak. Pertama, PT Pertamina EP yang realisasi hingga 30 April baru 93% dari target dengan rata-rata produksi sebesar 82.201 BPH minyak dan lifting 79.340 BPH. Padahal target APBN 2019 sebesar 85.000 BPH. Dalam catatan SKK Migas belum tercapainya target lifting Pertamina EP karena decline rate yang lebih tinggi dari prognosis awal. Serta hasil beberapa kegiatan yang belum mencapai ekspektasi.
Pertamina Hulu Mahakam, yang produksinya baru mencapai 37.519 BPH minyak sementara lifting baru 85% dari target APBN yakni 42.717 BPH dari target sebesar 50.400 BPH. Penyebab belum tercapainya target adalah decline rate yang lebih tinggi di akhir 2018. Serta belum online-nya beberapa sumur yang sudah selesai dibor.
Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (OSES) realisasi produksi 29.048 BPH dan lifting 28.577 BPH atau 89% dari target 32.000 BPH. Dalam catatan, penyebab masih rendahnya realisasi dari target adalah isu integrity pipeline serta down hole problem.
Pertamina Hulu Energi ONWJ Ltd realisasi produksi sebesar 28.850 BPH dan lifting 28.646 BPH atau 87% dari target APBN sebesar 33.090 BPH. Belum tercapainya target lantaran mundurnya kegiatan pemboran di Echo karena faktor cuaca.
Praktis hanya ada satu anak usaha Pertamina yang performanya melebihi target, yakni PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Realisasi produksinya sebesar 11.618 BPH dan lifting 11.417 BPHatau 102% dari target APBN sebesar 11.248 BPH.
Untuk realisasi produksi dan lifting gas para anak usaha Pertamina juga belum mencapai target. Ada dua anak usaha yang masuk dalam jajaran 10 KKKS utama produksi gas nasional, yakni Pertamina Hulu Mahakam dan Pertamina EP.
Realisasi produksi Pertamina EP masih belum mencapai target, meski selisihnya tipis. Hingga 30 April tercatat realisasi produksi sebenarnya telah mencapai 965 MMSCFD, namun realisasi lifting gas baru 770 MMSCFD atau 95% dari target APBN 2019 sebesar 810 MMSCFD. Belum tercapainya target juga disebabkan karena decline rate yang tinggi di akhir 2018 terbawa hingga sekarang.
Realisasi produksi dan lifting Pertamina Hulu Mahakam sangat jauh dari target APBN. Realisasi produksi gas baru 725 MMSCFD dan lifting 667 MMSCFD atau 61% dari target sebesar 1.100 MMSCFD. Sama seperti produksi minyak, belum tercapainya produksi gas Pertamina Hulu Mahakam disebabkan decline rate yang lebih tinggi di akhir 2018 serta belum online-nya beberapa sumur yang sudah selesai dibor.(RI
Realisasi lifting minyak anak usaha Pertamina (barel per hari)
Kontraktor (Anak Usaha Pertamina) | Target APBN 2019 | Realisasi Lifting (30 April 2019) | Realisasi vs Target |
Pertamina EP | 85.000 | 79.340 | 93% |
Pertamian Hulu Mahakam (PHM) | 50.400 | 42.717 | 85% |
PHE OSES | 32.000 | 28.577 | 89% |
PHE ONWJ Ltd | 33.090 | 28.646 | 87% |
PHKT | 11.248 | 11.417 | 102% |
Realisasi lifting gas anak usaha Pertamina (MMSCFD)
Kontraktor (Anak Usaha Pertamina) | Target APBN 2019 | Realisasi Lifting (30 April 2019) | Realisasi vs Target |
Pertamina EP | 810 | 770 | 95% |
Pertamian Hulu Mahakam (PHM) | 1100 | 667 | 61% |
Komentar Terbaru