JAKARTA – Proyek Geng North diproyeksikan menjadi pengembangan potensi gas tercepat yang pernah terjadi di Indonesia. Ini tidak lepas dari berbagai percepatan yang saat ini dilakukan. Setelah mendapatkan persetujuan Plan of Development (POD) hanya delapan bulan sejak discovery, proses Front End Engineering Design (FEED) ditargetkan rampung akhir tahun ini.

Ade Mashedi, VP Project ENI Indonesia, mengungkapkan setelah merampungkan FEES ditahun ini ENI langsung menggelar tender Engineering Procurement Construction (EPC), sehingga tahun 2025 sudah mulai konstruksi.

“Tahun ini FEED selesai, setelah itu tender. Konstruksi tahun 2025,” kata Ade dalam diskusi bersama SKK Migas dan Media, Jumat (27/9).

Wahju Wibowo, Deputi Eksploitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan salah satu kunci cepatnya proses FEED proyek Geng North adalah karena ENI sendiri yang melalukan FEED dengan kemampuan yang sudah mumpuni.

“Feed in house engineering hub. Bayangkan kalau tidak in house,.kalau secara internal.mampu dan terbukti kenapa tidak? Kalau ga in-house tender enam bulan, pengerjaan satu tahun,” ungkap Wahju.

Selain itu, poin penting yang turut mendukung percepatan pengembangan Geng North adalah proses pengadaan long lead item juga mulai dilakukan saat penyusunan FEED.

“Setelah FEED semuanya kelihatan. FEED ini blue print, kelihatan duitnya menyusun FID. target onstream 2027 akhir. Selama proses FEED dilakukan, long lead item bisa lakukan pengadaan,” jelas Wahju.

SKK Migas dan ENI juga melakukan terobosan baru dengan melibatkam akademisi dalam pengembangan Geng North. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) bakal terlibat langsung dalam proyek Geng North. Terobosan ini diharapkan bisa menjadi jembatan transfer teknologi serta mendorong penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

“Salah satu memastikan kepentingan negara terakomodasi. Jadi para ahli profesor nanti bisa lihat mana saja alat teknologi yang sudah bisa di provide di Indonesia mereka akan sampaikan ke ENI,” ujar Wahju.

Ketut Buda Artana, Koordinator Tenaga Ahli Subject Metter Expert (SME), menjelaskan ada 31 ahli dari ITS dan ITB yang akan berangkat ke laboratorium ENI di Italia untuk ambil bagian menyusun FEED.

“Kami sudah data akan terlibat dalam penyusunan desain badan floating structure, fasilitas produksi, fasilitas untuk mengikat di lautan, fasilitas yang membawa hidrokarbon ke darat, fasilitas penerima di darat. Kami lihat sisi mana produk Indonesia yang bisa digunakan di sana,” ujar Buda