JAKARTA – PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Direktur Utama AMMN, Alexander Ramlie, mengatakan setelah mendapatkan pernyataan efektif dari OJK pada 27 Juni 2023 lalu, Perseroan akan segera melaksanakan penawaran umum pada 3 Juli – 5 Juli 2023. Selanjutnya, akan dilakukan pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia pada 7 Juli 2023.
Emiten berkode saham AMMN ini membidik dana sebesar Rp10,73 triliun dari pelepasan sebanyak 8,80 % saham ke publik, dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO sebanyak 6.328.208.800 saham biasa dengan harga penawaran sebesar Rp1.695 setiap saham.
AMMN juga mengadakan Program Opsi Kepemilikan Saham kepada manajemen (Management Stock Option Plan/MSOP) dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya sebesar 602.336.000 saham biasa atas nama atau sebesar 0,83% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO, pada harga pelaksanaan yang akan ditentukan kemudian dengan mengacu pada ketentuan yang termaktub dalam peraturan Bursa Efek Indonesia.
Alexander mengaku optimistis terhadap pengambilalihan saham oleh investor untuk ikut serta dalam IPO AMMN seiring dengan proses penawaran awal atau bookbuilding yang telah dilakukan.
“Aksi korporasi ini merupakan salah satu langkah strategis untuk mengembangkan bisnis AMMN yang berkelanjutan di era transisi energi, yang akan mendorong permintaan komoditas tembaga di masa mendatang. Pengembangan usaha tersebut antara lain pembangunan smelter dan pemurnian logam mulia, penambahan kapasitas pabrik konsentrator, hingga pembangunan pembangkit listrik tenaga gas dan uap,” ujar Alexander dalam keterangan resmi, Senin (3/7/2023).
Melalui perolehan dana sebesar Rp10,73 triliun, AMMN akan mengalokasikan dana hasil IPO ini antara lain untuk penyetoran modal ke PT Amman Mineral Industri (AMIN) melalui pengambilbagian saham baru, yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran modal atas proyek smelter dan pemurnian logam mulia di Desa Maluk, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Rp1,79 triliun. Dana hasil IPO juga akan digunakan untuk pelunasan utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) sebesar Rp3,05 triliun. Sisa dana akan digunakan untuk penyetoran modal kepada AMNT melalui pengambilbagian saham baru yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran modal atas proyek ekspansi pabrik konsentrator di Desa Sekongkang Atas, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan proyek pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Desa Benete, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Alexander menjelaskan saat ini anak usaha AMMN, AMNT sudah memasuki Fase 7 dalam operasional tambang Batu Hijau di Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Menurut Wood Mackenzie, tambang Batu Hijau merupakan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, dan memiliki cadangan setara tembaga terbesar kelima di dunia apabila dikombinasikan dengan cebakan Elang. Data cadangan bijih AMMN untuk tambang Batu Hijau dan cebakan Elang per tanggal 31 Desember 2022 sesuai JORC Code 2012 (Australasian Joint Ore Reserves Committee) adalah sebesar 17,12 miliar pon tembaga dan 23,2 juta ons emas.
Selain memiliki cadangan yang melimpah, keunggulan lain yang dimiliki AMMN adalah biaya produksi yang rendah.
“Kami sedang tahap pengembangan Fase 8 yang diperkirakan dapat memperpanjang usia tambang Batu Hijau hingga 2030. Kami juga akan mulai mempersiapkan tambang Elang untuk dapat memulai operasional penambangan di tahun 2031 hingga 2046,” kata Alexander.(RA)
Komentar Terbaru