JAKARTA – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru dipastikan akan molor. PT PLN (Persero) menyatakan telah menerima laporan dan menyetujui adanya keterlambatan pembangunan PLTA Batang Toru 4 dari pengembang.
Ikhsan Asaad, Direktur Mega Project PLN mengatakan jika sesuai Power Purchase Agreement (PPA) tahun 2016, PLTA Batang Toru COD 2022. “Namun kemungkinan akan mundur ke 2025 , utamanya diakibatkan terhentinya drawdown dari lender Bank of China karena isu lingkungan (habitat orangutan) serta ditambah akibat Covid-19,” kata Ikhsan, Kamis (18/6).
PJBI mendapatkan penugasan dari PJB untuk menjadi Project Sponsor dan Pemegang Saham dalam pengembangan IPP PLTA Batang Toru, efektif pada 31 Agustus 2017. Kepemilikan saham PJBI di JVC IPP PLTA Batang Toru yaitu PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) mencapai 25 %.
Zulkifli Zaini Direktur Utama PLN, menyatakan persoalan lingkungan jadi salah satu masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan PLTA Batang Toru 4.
“Memang betul ini terkendala karena protes dari LSM terkait dengan enviroment isu. adanya monkey (orangutan) dan lain-lain disitu,” kata Zulkifli disela rapat dengar pendapat di DPR, Rabu (17/6).
Banyak masyarakat menentang pembangunan PLTA mengancam keberadaan spesies Orangutan Tapanuli. Para advokat lingkungan dan ahli fauna menyatakan bahwa konstruksi dam di Sungai Batang Toru akan memisahkan habitat orangutan tersebut secara permanen.
Berdasarkan laporan tersebut setidaknya pihak pengembang butuh waktu tambahan waktu tiga tahun. Selain faktor lingkungan, keterlambatan juga ditambah dengan kondisi pandemi Covid-19.
“Kami sudah menerima permintaan penundaan pengembangan dari Batang Toru untuk menunda COD dari Batang Toru selama tiga tahun karena adanya Covid,” kata dia.
PLTA Batang Toru dengan kapasitas 4×127,5 MW ini berlokasi di Sungai Batang Toru, Desa Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Pembangunan proyek ini menggunakan konsep run-off hydro system dan irit lahan. Besaran lahan hanya seluas 122 ha dengan luas bangunan 56 ha dan luas genangan maksimal 66 ha. Proyek ini berkontribusi sekitar 15 persen dari beban puncak Sumatera Utara. Target operasi (Commercial Operation Date/COD) PLTA Batang Toru semula pada 2022. Secara pola pengoperasian, proyek ini bertipe peaker.(RI)
[…] "But it might be delayed to 2025, mainly because the drawdown from lender Bank of China is stopped due to environmental concerns as well as COVID-19," he said. […]
[…] “But it might be delayed to 2025, mainly because the drawdown from lender Bank of China is stopped due to environmental concerns as well as COVID-19,” he said. […]
[…] “But it might be delayed to 2025, mainly because the drawdown from lender Bank of China is stopped due to environmental concerns as well as COVID-19,” he said. […]
[…] “But it might be delayed to 2025, mainly because the drawdown from lender Bank of China is stopped due to environmental concerns as well as COVID-19,” he said. […]
[…] a report on the Dunia Energi website, Jong quoted Muhammad Ikhsan Asaad as saying the Batang Toru plant was […]
[…] from lender Bank of China is stopped due to environmental concerns as well as COVID-19,” he said.The Bank of China’s withdrawal from the project follows that of other international lenders like […]