JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) membukukan rugi bersih US$20,2 juta sepanjang kuartal I 2019, anjlok dibanding periode yang sama 2018 yang meraih laba bersih US$6,8 juta. Penurunan kinerja keuangan merupakan imbas dari penurunan kinerja operasional. Volume penjualan nikel dalam matte turun sebesar 26% menjadi hanya 13.867 metrik ton (MT) dibanding periode tiga bulan pertama 2018 sebesar 17.240 MT.
Nico Kanter, Direktur Utama Vale, mengatakan selain penurunan penjualan, produksi nikel juga turun seiring kegiatan pemeliharaan fasilitas produksi. “Produksi kuartal pertama 2019 lebih rendah sekitar 36% dibandingkan produksi di kuartal IV yang disebabkan adanya kombinasi aktivitas pemeliharaan yang telah direncanakan terkait dengan Larona Canal Relining dan masalah-masalah di tanur listrik 4 yang tidak terencana,” kata Nico, Kamis (25/4).
Pada kuartal I 2019, produksi nikel hanya mencapai 13.080 MT, jauh dibawah realisasi produksi kuartal IV 2018 yang mencapai 20.579 MT. Realisasi produksi kuartal I tahun ini juga lebih rendah dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar 17.141 MT.
Kegiatan pemeliharaan sangat penting untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memastikan kelangsungan operasional. Dikarenakan masalah-masalah di tanur listrik 4, produksi nikel dalam matte PT Vale direvisi menjadi 71 ribu MT – 73 ribu MT tahun ini.
“Tim operasi kami telah melakukan beberapa langkah dan memantau dengan cermat kondisi tanur untuk memastikan bahwa kami bisa melanjutkan operasi dengan aman,” tukas Nico dalam keterangan tertulisnya.
Disisi lain, perseroan masih mampu membukukan EBITDA yang disesuaikan positif sebesar US$ 4 juta. Selain itu, beban pokok Vale turun sebesar 21% dari US$189,8 juta di kuartal IV 2018 menjadi US$149,7 juta pada kuartal I tahun ini seiring dengan penurunan produksi yang signifikan.
Sayangnya, beban pokok pendapatan per metrik ton nikel dalam matte meningkat sebesar 24% karena sekitar 50% dari biaya produksi adalah biaya tetap. Untuk mengendalikan biaya, Vale terus menerapkan beberapa inisiatif sebagai bagian dari program pengurangan biaya sebesar US$50 juta dan merealisasikan penghematan biaya sebesar US$3,7 juta pada kuartal I 2019, di atas US$10,8 juta yang telah tercapai pada 2018. “Kami tetap fokus untuk mengoptimalkan kapasitas produksi, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya,” kata Nico.(RI)
Komentar Terbaru