JAKARTA – Target pemerintah yang mencanangkan produksi minyak satu juta barel per hari (bph) pada 2030 terus menjadi pertanyaan. Tidak sedikit pihak yang pesimistis target tersebut bisa tercapai. Alasannya jelas, lantaran hingga kini saja produksi tidak bisa mencapai target, sementara temuan cadangan baru yang jumlahnya besar tidak kunjung ada tanda-tanda ditemukan.

Komisi VII DPR menjadi pihak yang aktif mempertanyakan kelanjutan target produksi minyak sebesar satu juta bph dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (bcfd).

Dony Maryadi Oekon, Anggota Komisi VII DPR, mengatakan realisasi produksi migas siap jual (lifting) terus menurun, dengan hanya tersisa sembilan tahun menuju 2030, siapa kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) yang akan mengejar target tersebut.

“Target kita ke depan satu juta barel, dari mana? Siapa yang mau lifting? Cadagan kita memang masih ada, cuma siapa yang mau angkut satu juta sampai 2030? Waktu kita tinggal sembilan tahun lagi,” kata Dony dalam rapat kerja antara Komisi VII dengan SKK Migas, Kamis (27/5).

Untuk tahun ini saja lifting migas diperkirakan kembali tidak akan mencapai target. Tahun ini pemerintah mematok target lifting sebesar 1.712 ribu barel setara minyak per hari (boepd) yang terdiri dari minyak bumi sebesar 705 ribu barel per hari (bph) dan gas 1.007 ribu boep. Namun hingga akhir tahun lifting migas diperkirakan hanya mencapai 1.669 ribu boepd yang terdiri dari minyak bumi 682 ribu bph dan gas bumi 987 ribu boepd.

Sementara asumsi lifting migas di tahun depan sebesar 1.789 ribu boepd yang terdiri dari minyak bumi 704 ribu bph dan gas 1.036 ribu boepd.

Falah Amru, Anggota Komisi VII DPR  lainnya mengatakan dari sisi perencanaan target pemerintah tersebut harus dikaji ulang sebab tren lifting saat ini terjadi penurunan.

“Kita ada penurunan dan harus mengakui target tersebut naga-naganya belum jelas. Kalau memang ada penargetan seperti itu dari tim perencanaan harus cermat,” kata Falah.

Sementara itu, Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengatakan dari sisi perencanaan target tersebut telah melalui pembahasan dengan para KKKS. Tim perencanaan melihat kalau tidak ada target tinggi maka tren penurunan terus akan terjadi. Padahal dari kajian yang ada potensi untuk mencapai target produksi tetap ada.

“Jadi ini sudah melalui pembahasan dengan KKKS juga sebetulnya. Kita sepakat bersama untuk menetapkan target satu juga bph dan 12 BCFD gas,” ungkap Dwi.

Namun demikian Dwi menuturkan tidak tertutup kemungkinan untuk mereview kembali target tersebut. Pada dasarnya tim perencanaan SKK Migas berupaya untuk meningkatkan lifting dan tidak hanya pasrah dengan kondisi yang terjadi saat ini.

“Di tim perencanaan ada semangat unuk bisa lebih baik. Rasanya kalau turun terus enggak (akan didiamkan). Kami akan review kembali,” kata Dwi.(RI)