JAKARTA – PT Perta Samtan Gas, anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas) di bisnis pemrosesan dan penjualan Liquefied Petroleum Gas (LPG) mencatat kinerja keuangan positif pada 2017. Realisasi pendapatan dan laba bersih perusahaan tercatat melampaui realisasi pada 2016.
“Realisasi 2017 sebesar US$106,95 juta atau 134% dari realisasi 2016 sebesar US$73,61 juta,” kata Aris Mahendrawanto, Vice President Director Perta Samtan Gas di Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.
Tidak hanya melampaui realiasi pada 2016, pendapatan 2017 juga melebihi target yang ditetapkan sebesar US$ 79,7 juta.
Seiring kenaikan pendapatan, laba bersih Perta Samtan juga turut terdongkrak. Laba bersih 2017 tercatat US$26,71 juta. Realisasi tersebut 201% dari target yang dicanangkan pada 2017 yang hanya sebesar US$ 13,31 juta.
“Pencapaian tahun lalu tercatat 378% dari realisasi laba bersih 2016 yang hanya membukukan laba bersih US$7,03 juta,” ungkap Aris.
Pencapaian kinerja keuangan yang positif ditopang peningkatan produksi LPG (liquefied petroleum gas) dengan volume 195.012 metrik ton (MT) pada tahun lalu, dibanding realisasi 2016 yang hanya 174.248 MT. Produksi LPG 2017 juga yang tertinggi sejak masa operasi komersial Perta Samtan sejak 2013.
Pada awal beroperasi produksi Perta Samntan Gas hanya 115.752 MT. Produksi kemudian meningkat pada 2014 sebesar 190.150 MT, kemudian 2015 produksi menurun menjadi 179.314 MT.
Selain dari produksi dan penjualan LPG, kinerja positif perusahaan juga ditunjang dari pengolahan kondensat. Sepanjang 2017, kondensat yang diproduksi sebesar 628.827 BBLS, naik dibanding 2016 sebesar 564.655 BBLS.
Perta Samtan merupakan joint venture company (JVC) untuk membangun NGL plant di Sumatera Selatan antara PT Pertamina Gas dan Samtan Co.Ltd, perusahaan asal Korea Selatan.
Sejak berdiri pada 7 Mei 2008, saham Perta Samtan dimiliki oleh PT Pertamina Gas sebanyak 66% dan Samtan Co memiliki saham 34%. Perta-Samtan Gas memiliki dua kilang pemrosesan LPG di Sumatera Selatan, yakni Kilang Ektraksi di Prabumulih yangdibangun 2010 dan Kilang Fraksinasi di Sungai Gerong yang mulai dibangun pada 2011. Kedua kilang tersebut pada Mei 2013 mulai dioperasikan secara komersial dan mampu memberikan kontribusi bagi pasokan LPG nasional.
Saat ini Perta Samtan Gas termasuk dalam perusahaan yang memasok kebutuhan LPG nasional. Sebanyak 63% kebutuhan LPG nasional dipenuhi dari impor. Sisanya, 37% dipenuhi dari dalam negeri. Pasokan LPG dari dalam negeri berasal, 17% dari fasilitas produksi Pertamina dan sisanya dipenuhi dari fasilitas produksi swasta. “Perusahaan berkontribusi 3% dari total kebutuhan LPG nasional,” kata Aris.(RI)
Komentar Terbaru