JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan realisasi pemanfaatan tenaga surya di atap untuk listrik masih sangat minim, padahal potensinya sangat besar.
Arifin Tasrif, Menteri ESDM, mengungkapkan saat ini, kapasitas terpasang solar rooftop, sambung Arifin, tercatat hanya 31 Megawatt (MW) dari total potensi sekitar 32 Giga Watt (GW) baik di Rumah Tangga, Bisnis, Industri, Sosial maupun di Gedung Pemerintah dan BUMN atau baru sekitar 0,09%. “Kami sedang menyempurnakan regulasi solar rooftop agar lebih menarik. Makanya, kami optimis pemanfaatan solar rooftop dapat dipercepat. Untuk itu, dibutuhkan peran aktif semua pihak, tak terkecuali mahasiswa dan generasi muda,” kata Arifin disela launching Program GERILYA secara virtual, Jumat (13/8).
Untuk itu berbagai upaya tengah dilakukan untuk mempromosikan potensi PLTS atap. Kementerian ESDM dan Kementerian Pendidikan, Kebudayanan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) meluncurkan sebuah terobosan program baru bernama Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) sebagai bagian dari implementasi metode pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
Program ini ditujukan khusus kepada mahasiswa aktif jenjang sarjana (S-1) dan vokasi eksakta untuk membantu mengoptimalkan penggunaaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di masyarakat dan mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% di tahun 2025.
“Program Gerilya akan melahirkan aktivis energi bersih dari generasi muda, yang turut mempercepat pemanfaatan solar rooftop dan mendukung pencapain target bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025,” kata Arifin.
Arifin mengungkapkan, pelaksanaan program Gerilya merupakan salah satu bagian dari proses menuju transisi energi bersih dimana potensi PLTS punya peluang besar untuk diimpelementasikan. “Dari berbagai jenis EBT, PLTS akan lebih didorong dan mendominasi, mengingat potensinya paling besar dan harganya semakin murah,” ungkapnya.
Dari sisi biaya investasi, pemerintah menilai PLTS mengalami penurunan cukup signifikan dan memiliki daya saing investasi yang cukup kompetitif. “Di Indonesia, dapat dilihat pada PLTS terapung Cirata 145 Mega Watt (MW) yang merupakan PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara, dengan harga jual listrik sekitar US$5,8 sen per kWh,” jelas Arifin.
Sementara itu, Nadiem Anwar Makariem, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), mengungkapkan bahwa inovasi di bidang penciptaan energi bersih menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Kolaborasi Kampus Merdeka dengan GERILYA diyakini mampu menghadirkan solusi penciptaan energi bersih untuk masyarakat dan berkontribusi dalam upaya memperlambat laju perubahan iklim.
“Gerilya adalah salah satu kegiatan studi independen Kampus Merdeka yang melahirkan aktivis energi bersih dengan kecerdasan berinovasi,” Mendikbudristek.
Selama proses pembelajaran Program Gerilya diselenggarakan pada platform SPADA INDONESIA, sebagai platform pembelajaran nasional yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Dadan Kusdiana,Direktur Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), membeberkan Program GERILYA akan melibatkan 15 pengajar profesional dan didukung oleh 20 mentor pendamping guna mengedukasi pentingnya pemanfaatan energi bersih, serta secara konkrit berperan aktif meningkatkan kapasitas terpasang PLTS atap Indonesia.
Hingga tahun 2020, pemanfaatan energi surya di Indonesia baru terserap sebesar 153,4 MW dari total potensi lebih dari 207,8 GW. Khusus PLTS Atap mengalami konsumsi peningkatan lebih dari 1000% dibanding awal tahun 2018. Terdapat 4.000 pelanggan yang memasang PLTS Atap dari sebelumnya yang hanya 350 pelanggan.
“Semoga Program kerja sama dua Kementerian ini semakin mendorong percepatan pemanfaatan energi surya di Indonesia, sekaligus meningkatkan kapasitas sumber daya manusia khususnya generasi muda,” ujar Dadan.
Sebagai payung hukum pelaksanaan kerja sama, dalam kesempatan yang sama telah ditandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama dengan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi.
Sebagai informasi, pendaftaran program Gerilya sudah bisa dilakukan secara daring sejak program ini diluncurkan pada 13 Agustus 2021 hingga 20 Agustus 2021. Pengumuman seleksi administrasi tanggal 21 Agustus 2021. Selanjutnya, tahap seleksi tes tulis dilaksanakan pada 22 Agustus 2021, wawancara 23-24 Agustus 2021, dan pengumuman peserta final pada 25 Agustus 2021.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi laman kami di https://www.esdm.go.id/id/page/gerilya atau lebih detail silakan follow akun instagram @kesdm dan akun GERILYA @gerilya.esdm untuk mendapatkan info terbaru.
Partisipaasi pelanggan listrik PLN lewat Panel Surya yg dipasang di atap rumahnya, jelas akan mengurangi tagihan listrik bulanannya. Sebaliknya, pengurangan beban tadi bisa dijual oleh PLN ke pelanggan baru apalagi jika panel surya tadi terhubung secara on-grid dg daluran listrik PLN.
Pelanggan listrik yg juga punya panel surya sendiri dan terhubung ke saluran listrik PLN disebut Prosumer, yg berarti produser yg sekaligus konsumer listrik.
Dengan senakin banyaknya pelanggan yg berstatus Prosumer, PLN dapat menunda penambahan pembangkit listrik, yg selama ini tidak ramah lingkungan karena menimbulkan emisi CO2 di udara.
Sebuah PLTU Batubara akan mengemisikan CO2 sebanyak 960 kg utk setiap 1 MWh (= 1 MW x 1 jam) energi listrik yg dibangkitkan. Silakan dilanjutkan hitungannya bila berlangsung selama 1 tahun (8760 jam).
Hitung pula jika total pembangkit2 PLTU Batubara kasiyasnya tidak kurang dari 35.000 MW dan beroperasi selama 1 tahun.