JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengklaim potensi migas di blok Rokan belum habis. Pontesi di blok Rokan diyakini masih besar dalam bentuk shale oil maupun shale gas atau Migas Non Konvensional (MNK).

Oki Muraza, Senior Vice President Research & Technology Innovation Pertamina, mengungkapkan potensi MNK memang besar bahkan untuk gas sendiri diperkirakan mencapai 20 Triliun Cubic Feet (TCF). “20 TCF di Rokan, itu MNK,” kata Oki disela RTI Collaboration Day di Graha Pertamina, Kamis (22/6).

Tidak hanya gas tapi shale oil di Rokan juga diyakini sangat besar. Hanya saja Pertamina bakal fokus terlebih dulu mengembangkan shale oil, karena diniliai lebih mudah dan cepat untuk dimonetisasi. “Kita percepat oil dulu, kalau gas butuh banyak persiapan seperti kesiapan infrastruktur, lalu konsumen gasnya juga harus dipastikan,” ujar Oki.

Sayangnya dia belum mau membeberkan jumlah potensi cadangan Shale oil yang ada di Rokan. Menurutnya dalam waktu dekat bakal ada dua pemboran lanjutan untuk memastikan cadangan yang akan diproduksikan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal melakukan perombakan terhadap skema kontrak gross split yang bakal mendukung pengembangan MNK.

Pemerintah mengusulkan New Simplified Gross Split PSC karena perkembangan MNK di Indonesia, saat ini belum terdapat cadangan terbukti MNK, masih technically recoverable. Pengembangan MNK memerlukan teknologi baru yang belum pernah dilakukan di Indonesia.

Selain itu, secara alamiah proyek MNK membutuhkan biaya yang besar dan jumlah sumur yang banyak sehingga perlu pengadaan yang cepat dan mudah. Juga, perlu diciptakan fiscal regime yang atraktif untuk menarik shale oil player ke Indonesia.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM, menegaskan, mekanisme pengembangan MNK harus dilakukan secara cepat.

“Jadi kecenderugannya nggak pakai skema Cost Recovery. kan panjang persetujuan kalau cost recovery. jadi bisa langsung pengadaan dsb. itu nanti bisa langsung dipakai Pertamina di Rokan,” jelas Tutuka. (RI)