JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat dengan kapasitas 100 kilo watt peak (kWp) di Desa Balang Datu, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan mulai beroperasi Jumat (9/2). PLTS tersebut diklaim mampu menerangi 422 rumah dan 8 fasilitas umum.
“PLTS di daerah-daerah seperti Balang Datu memanfaatkan potensi energi setempat. Masyarakat tidak boleh lagi dibiarkan (gelap gulita) seperti itu, sehingga negara hadir dalam bentuk menyediakan listrik yang kebetulan daerah-daerahnya belum bisa dijangkau PLN. Kenapa harus segera? Karena menyangkut keadilan, kata Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Senin (12/2).
Menurut Rida, PT PLN (Persero) yang bertugas memasok listrik memiliki kemampuan terbatas, karena luasnya wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote. Masyarakat yang hidup dalam gelap gulita pada malam hari, saat ini jumlahnya lebih dari 10 juta jiwa. Desa Balang Datu masuk dalam kategori desa yang terisolir. Di Indonesia, terdapat lebih dari 2.500 desa yang hampir serupa dengan Balang Datu.
PLTS di Desa Balang Datu yang pembangunannya dilaksanakan Ditjen EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Tahun Anggaran 2016 merupakan salah satu program yang tengah dijalankan pemerintah dalam upaya meningkatkan akses energi kepada masyarakat.
Pada Tahun Anggaran 2016 dan 2017, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM telah melaksanakan pembangunan lima unit PLTS Terpusat yang berlokasi di Desa Rewataya (Dusun Rewataya (50 kWp) dan Dusun Lantang Peo sebesar 50 kWp); Desa Mattirobajji (Dusun Satanggalau (30 kWp) dan Dusun Labotallua, kapasitas 30kWp) serta PLTS Terpusat di Desa Balang Datu, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, yang hari ini diresmikan. Total kapasitas dari seluruh PLTS Terpusat ini sebesar 260 kWp dan melistriki lebih dari seribu rumah serta 40 fasilitas umum.
Nirwan Nasrullah, Sekretaris Daerah Kabupaten Takalar, mengatakan seiring beroperasinya PLTS, masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan petani dapat mengembangkan usahanya lebih baik. Listrik membantu mengembangkan ilmu pengetahuan dan ekonomi.
Perjalanan menuju Desa Balang Datu memakan waktu sekitar 30-45 menit menggunakan speed boat atau 60-90 menit jika menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Takalar Lama ke dermaga Balang Datu. Saat hujan dan ombak tinggi, maka waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi.
“PLTS dibangun dengan susah payah, karena materialnya diangkut lewat laut dan dibawa ke lokasi sedikit demi sedikit. Perjuangannya sangat besar untuk membangun (PLTS) ini. Dengan adanya listrik, maka Balang Datu sudah tidak terpencil lagi. Produk-produk unggulan kita, lobster, udang bisa kita pasarkan lewat internet,” kata Nirwan.(RI)
Komentar Terbaru