JAKARTA – PT PLN (Persero) menargetkan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS/solar panel) di atas Waduk Cirata, Jawa Barat, selesai pada 2019.
Tohari Hadiat, Kepala Divisi Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN, mengungkapkan nantinya solar panel terapung di atas air tersebut berkapasitas 200 megawatt (MW)
“Saat ini yang sedang dikembangkan baru Waduk Cirata, kapasitas 200 MW, digarap anak perusahaan PLN. Target selesainya 2019, listrik masuk ke sistem interkoneksi Jawa Bali, melalui GI Cirata,” ungkap Tohari kepada Dunia Energi di Jakarta, Rabu (30/8).
Anak usaha PLN, PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), telah menandatangani Nota Kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan Masdar, perusahaan energi terbarukan yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, untuk kemitraan di proyek-proyek EBT di Indonesia.
PJB dan Masdar berinvestasi pada pembangunan solar panel di Waduk Cirata dengan kapasitas 200 MW. Kepemilikan nantinya mayoritas tetap PJB, yakni 51% dan Masdar 49%.
“Investasinya untuk solar panel 200 MW sekitar US$ 200 juta. Saat ini biaya investasi solar panel US$ 1 juta per 1 MW, ke depan seiring dengan perkembangan teknologinya akan terus menjadi lebih murah,” ungkap Tohari.
PJB juga telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Waduk Cirata, dengan konstruksi power house di bawah tanah berkapasitas 8×126 MW. Produksi energi listrik rata-rata 1.428 Giga Watthour (GWh) pertahun.
PLTA Cirata terletak di daerah aliran sungai (DAS) Citarum di Desa Tegal Waru, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Sedangkaln luas Waduk Cirata, dari ujung selatan kecamatan Cipeundeuy kabupaten Bandung barat, dan terbendung di desa Ciroyom, kecamatan Cipeundeuy kabupaten Bandung barat, yang berbatasan langsung dengan kabupaten Purwakarta.
Tohari mengakui bahwa pembangunan solar panel di atas waduk merupakan solusi atas permasalahan lahan yang hingga kini masih terjadi. Pembangunan solar panel memang memakan lahan yang cukup besar, dimana banyak pihak menilai lahannya terlalu mahal.
“Selain solusi untuk masalah lahan, juga untuk optimalisasi aset. Untuk waduk lain masih dalam penjajakan,” tandas Tohari.(RA)
Komentar Terbaru