JAKARTA – PT PLN (Persero) pasok listrik dari pelanggan tegangan tinggi PT Sebuku Iron Lateritic Ores (PT SILO) dan Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park (KI SIIP). Total daya listrik yang dipasok mencapai 385 Mega Volt Ampere (MVA).
Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) sebesar 75 MVA untuk pengoperasian smelter milik PT SILO dan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) penyediaan listrik ke Kawasan Industri Sebuku Indonesia Industrial Park sebesar 310 MVA.
Bob Saril, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN mengatakan, listrik telah menjadi kebutuhan dasar, termasuk untuk mendukung kegiatan bisnis dan industri.
“Kami berharap kerja sama ini bisa mendukung pengoperasian smelter dan kawasan industri yang dikelola SILO Group sehingga bisa mendorong perekonomian dan berkontribusi dalam mencetak lapangan kerja di daerah,” kata Bob (26/11).
Menurut Bob, PLN telah menyediakan pasokan listrik yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, seiring dengan pembangunan infrastruktur kelistrikan untuk memperkuat keandalan pasokan listrik.
“Kita sudah menyediakan pembangunan pembangkitan 10 ribu MW tahap satu dan tahap dua. Kemudian pemerintahan selanjutnya Presiden Jokowi ada 35 ribu MW harapannya dapat menjadi penggerak ekonomi, sehingga datang ke Indonesia investor tidak sulit lagi ada infrastrukturnya,” ujar Bob Saril.
PLN di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah memiliki cadangan daya mencapai 664 MW, sehingga permintaan pasokan listrik untuk smelter PT SILO dan KI SIIP dapat terpenuhi.
“Sistem kelistrikan Barito yang ada di Kalselteng saat ini sudah terinterkoneksi dengan sistem kelistrikan Mahakam di Kaltim sehingga makin andal dengan cadangan daya sebesar 664 MW, sehingga kami sangat siap untuk mendukung perkembangan dunia usaha termasuk industri,” papar Bob.
Bob menjelaskan, penyediaan energi listrik sebesar 75 MVA untuk kebutuhan PT SILO yang bergerak di bidang industri biji besi ini dibagi kedalam 3 tahap yaitu dari 30 MVA pada April 2022, meningkat menjadi 45 MVA pada Juni 2022 dan terakhir bertambah menjadi 75 MVA pada Februari 2023.
Ketersediaan listrik memang cukup krusial bagi keberlangsungan industri pertambangan mineral atas pembangunan dan operasional smelter di Kalimantan Selatan. Pasalnya, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Mineral dan Batubara (Minerba) menetapkan ekspor produk mineral yang belum dimurnikan didalam negeri akan ditutup pada Juni tahun 2023. Jika smelter belum beroperasi hingga juni 2023 maka para pengusaha tidak bisa melakukan ekspor produk mineral logam tertentu yang belum dimurnikan ke luar negeri.
Penyediaan tenaga listrik guna pengembangan kawasan KI SIIP yang dikelola oleh SILO GROUP juga merupakan langkah awal untuk mendukung peningkatan produksi pengolahan mineral dalam negeri di masa yang akan datang.
Dengan jadwal awal penyediaan tenaga listrik pada Juli 2025 sebesar 50 MVA dan puncaknya pada Desember 2027 ketersediaan energi listrik untuk Kawasan Industri SIIP adalah sebesar 21 MVA.
Effendy Tios, Direktur Utama PT SILO, menjelaskan banyak keuntungan yang didapatkan oleh perusahaannya ketika sudah dapat menggunakan suplai listrik dari PLN, dalam jangka panjang maka akan menekan biaya operasional yang signifikan.
Sebelum mendapat pasokan listrik PLN, PT SILO menggunakan Genset untuk melistriki fasilitas produksi bajanya, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan genset jauh lebih mahal ketimbang membeli listrik dari PLN.
“Kita pakai genset 15 MW pakai bahan bakarnya solar biayanya kan 1 banding 3, kalau harga listrik dari PLN sekitar Rp 1.200 kita Rp 3.600, apalagi solar harganya sekarang lebih tinggi bisa Rp 4 ribu. Kalau kita pakai solar bukan cari untung tapi cari rugi,” ujar Effendy. (RI)
Komentar Terbaru