JAKARTA – PT PLN (Persero) memanfaatkan teknologi informasi untuk mengelola asetnya melalui program Enterprise Asset Management (EAM) di bidang pembangkitan, transmisi, dan distribusi. Dalam pelaksanaannya, perusahaan listrik milik negara ini dibantu konsultan teknologi informasi PT Astra Graphia Information Technology (AGIT).
Direktur PLN, Ngurah Adnyana mengungkapkan, implementasi EAM disisi pembangkitan sudah berjalan di anak perusahaan PLN yaitu PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dan PT Indonesia Power (IP). Saat ini, impelementasi yang sama juga sedang dilaksanakan di Unit pembangkit di Sumatera dan Sulawesi.
Menurut Ngurah Adnyana, implementasi EAM di sisi distribusi juga sudah go live di PLN Distribusi Bali, dan akan dilanjutkan di unit lainnya. Manajeman aset untuk bidang transmisi siap diimplementasikan untuk tiga unit PLN, masing-masing di PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa-Bali, P3B Sumatera, dan PLN Wilayah Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat (Sulselrabar).
Ngurah mengatakan, implementasi EAM transmisi di tiga unit PLN tersebut, rencananya akan diselesaikan dalam 12 bulan. Dalam pelaksanaannya PLN dibantu oleh perusahaan konsultan teknologi informasi PT Astra Graphia Information Technology (AGIT).
“EAM transmisi ini menggunakan modul Plant Maintenance (PM) dari SAP yang sudah terintegrasi dengan sistem yang sudah berjalan di PLN,” ujarnya. Sebagai tanda dimulainya implementasi EAM transmisi ini, dilakukan penandatanganan dokumen kick-off (project charter) antara pihak PLN dan AGIT.
Penandatanganan dokumen dilakukan oleh Direktur (Operasi Jawa-Bali-Sumatera) PLN, Ngurah Adnyana, dengan Presiden Direktur AGIT, Michael A.R. Roring, pada Senin, 26 Agustus 2013 di Jakarta.
Ngurah menerangkan, seiring dengan pesatnya pertumbuhan kebutuhan listrik masyarakat, maka perkembangan aset PLN juga meningkat tajam untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut. “Kebutuhan listrik rata rata tumbuh sekitar 9 sampai 10 % per tahun,” jelasnya.
Di sisi aset, lanjutnya, khususnya aset transmisi yang berfungsi untuk menyalurkan listrik dari pembangkit ke distribusi, meningkat rata-rata 2,9% per tahun, yaitu dari Rp 67,4 triliun pada 2012, dan diprediksi menjadi Rp 80 triliun pada 2018.
Kapasitas gardu induk (GI) pada 2012 sebesar 76.328 Mega Volt Ampere (MVA) juga terus tumbuh rata-rata sebesar 13.4% per tahun, sehingga pada 2018 diperkirakan menjadi 162.457 MVA. Panjang jaringan transmisi bertambah sebesar 14% per tahun dari 37,924 km pada 2012 akan menjadi 83,106 km pada 2018. Sedangkan biaya operasi dan pemeliharaan transmisi juga meningkat dari Rp 2,35 triliun pada 2012, dan akan menjadi Rp 3.06 triliun pada 2018,” jelas Ngurah Adnyana lagi.
Untuk Kinerja Sempurna
Dengan aset transmisi dan biaya pemeliharaan yang besar dan terus bertambah, serta tuntutan stakeholders untuk mengoperasikan dan memelihara sistem penyaluran secara aandal, efisien dan berkualitas, kata Ngurah Adnyana lagi, diperlukan implementasi manajemen aset yang dilengkapi dengan sistem informasi sehingga dapat memberikan informasi tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aset portofolio, kondisi aset, investasi dan finance secara transparan, sehingga dapat dievaluasi dan dianalisa secara komprehensif dengan pertimbangan manajemen risiko.
“Sistem informasi yang mendukung aset manajemen dikenal sebagai EAM (Enterprise Asset Management). Implementasi EAM ini diharapkan mampu menyediakan sistem informasi yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja peralatan transmisi yang terkait dengan biaya, selama masa manfaatnya,” ujarnya lagi.
Sistem EAM, tambahnya, juga dapat dijadikan evaluasi bagi kinerja penyedia jasa, yang melakukan pemasangan maupun yang menangani aset tersebut selama masa manfaatnya, serta menyediakan proses bisnis yang terintegrasi dengan sistem informasi PM dan peran pegawai, sesuai dengan job description (lingkup kerja, red).
“Penerapan EAM ini bertujuan untuk menghasilkan kinerja operasi ekselen (sempurna, red) dengan fokus pada optimasi pemanfaatan aset, efisiensi finansial dan mitigasi risiko. Dalam EAM itu ada 4 hal yang penting yaitu proses, infrastruktur, data, dan people. Kalau proses bisa didiskusikan, tapi data tidak bisa didiskusikan. Anda harus punya data yang baik. Infrastruktur pun kita sudah punya. Dan yang lebih penting lagi, adalah mindset. Kita harus berubah sikap kita,” ucap Adnyana menegaskan.
(Iksan Tejo / duniaenergi@yahoo.co.id)
Komentar Terbaru