JAKARTA- Salah satu kendala yang kerap dihadapi pelaku usaha kecil yang ingin mengembangkan usahanya adalah soal permodalan. PT Pertamina (Persero) melalui program Pinky Movement memberikan solusi bagi pelaku usaha kecil untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha mereka.
Yeni Arzah, warga Keluarahan Kerang, Batu Engau, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, mengisahkan pengalamannya. Dia memulai usaha kuliner membuat kerupuk amplang, sekitar tiga tahun lalu. Selain amplang yang menjadi usaha utamanya, dia juga melakukan inovasi dengan membuat keripik pisang, singkong, talas juga kerupuk udang, dan ikan.
Namun usahanya tersebut, hanya mampu melayani konsumen sekitar rumahnya. Kerja sama dengan salah satu SMK di Tanah Grogot juga sudah dilakukan, tetapi dia mengaku belum mampu maksimal memenuhi permintaan baik dari tetangga sekitaran rumah ataupun dari kantin sekolah SMK tersebut.
Kendala terbesar yang dihadapi perempuan dengan nama usaha “Buah Merundut” itu untuk dapat meningkatkan atau memenuhi permintaan konsumen adalah permodalan. Karena modal usaha yang masih sangat terbatas, dia tidak bisa merekrut tenaga kerja untuk membantunya. “Ya, semuanya dikerjakan sendiri, belum ada SDM yang membantu,” kata Yeni, Kamis (31/12).
Selain modal usaha dan tenaga kerja, masalah transportasi juga menjadi kendala Yeni untuk dapat memperluas pasar kripik yang diproduksinya. Belum lagi, masih minimnya pengetahuan dia soal manajemen dalam mengelola keuangan usaha sehingga usaha yang dijalaninya belum bisa berkembang seperti yang diharapkan.
Pada pertengahan 2020, dia bertemu dengan tim Kemitraan Pertamina (Persero) yang sedang mensosialisasikan program Pinky Movement, salah satu bagian dari Program Kemitraan yang didedikasikan untuk pelaku usaha di bidang kuliner dan usaha penjualan LPG bersubsidi. Gayung bersambut, Yeni pun mengajukan permohonan permodalan melalui program Pinky Movement.
Setelah dilakukan survei, pengajuan modal usaha yang dilakukan Yeni Arzah dikabulkan. Dia mendapatkan bantuan permodalan usaha dari Pertamina melalui program Pinky Movement sebesar Rp 130 juta.
“Alhamdulillah, dengan bantuan permodalan dari Pertamina, masalah permodalan sudah dapat teratasi. Begitu juga dengan pelatihan manajemen yang dilakukan Pertamina, sangat membantu saya, dalam mengelola keuangan usaha,” ujar Yeni.
Ke depan, selain ingin terus mengembangkan usaha amplang dan juga keripik yang sudah dilakoninya, Yeni bermimpi ingin mengembangkan usaha di bidang kesehatan dengan mendirikan klinik pelayanan kesehatan.
Yeni Arzah merupakan salah satu dari sekitar 2.199 pelaku usaha yang mendapatkan bantuan modal usaha dari Pertamina melalui program Pinky Movement. Sampai November 2020, total pengajuan sebesar Rp 84,322 miliar. Sementara sebesar Rp 44,382 miliar, sedang dalam proses dan Rp 44,382 miliar sudah direalisasikan bagi 425 outlet dan 112 usaha kecil.
Pelaku usaha di bidang niaga LPG dan kuliner, dapat mengajukan modal usaha dengan platform tertinggi sebesar Rp 200 juta, tenor maksimal tiga tahun dengan biaya adminitrasi tiga persen setahun.
Arya Dwi Paramita, VP CSR and SMEPP PT Pertamina mengatakan, Pinky Movement merupakan program tanggungjawab sosial dan lingkungan (TJSL) Pertamina yang menyasar UMKM untuk dapat naik kelas melalui pembiayaan modal dan pembinaan. Pembinaan yang dilakukan diantaranya melalui peningkatan kempetensi UMKM, akses perijinan atau sertifikasi, perluasan pasar juga awarding UMKM. “Sampai November 2020, total dana yang disalurkan untuk program pinky movement sebesar Rp241 miliar dengan keterlibatan 2.199 pelaku usaha,” jelas Arya.
Sementara untuk beberapa persyaratan menjadi mitra binaan melalui program Piny Movement di antaranya harus berdiri sendiri, nonbankable, kegiatan usaha minimal enam bulan dengan aset bersih maksimal Rp 500 juta dan omzet paling tinggi Rp 2,5 miliar setiap tahun dan yang terpenting haruslah warga negara Indonesia. “Kami ingin membantu usaha kecil yang belum bankable untuk bisa berkembang dan memberi akses permodalan, pasar secara benar dan terjangkau,” kata Arya. (AP)
Komentar Terbaru