JAKARTA – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE, unit usaha Pertamina yang kelola bisnis panas bumi menyiapkan anggaran US$650 juta untuk melanjutkan kegiatan eksplorasi dan mengembangkan aset panas bumi.

Yurizki Rio, Direktur Keuangan PGE, menyatakan dana tersebut berasal dari dana yang didapatkan saat perusahaan mulai melantai di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO) pada tahun lalu serta dari kas internal perusahaan.

“Kami memiliki strong financial power US$650 juta 60% dari IPO, 40% dana operasional ini ruang besar untuk dapatkan financing tambahan jika diperlukan support,” ujar Yurizki pada DETalk bertema “Pengembangan Sektor Ketenagalistrikan untuk Mencapai Swasembada Energi di era Pemerintahan Baru” yang diselenggarakan Dunia Energi, Selasa (26/11).

PGE selama ini dikenal sebagai salah satu aktor utama pengembangan panas bumi di Indonesia. Perusahaan saat ini memiliki kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) terbesar dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 Mega Watt (MW) yang dioperasikan, terdiri atas 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC). Dengan berbagai keunggulan yang ada maka wajar menjadikan panas bumi sebagai backbone menuju swasembada energi.

“Panas bumi sebagai based load resources, tidak bisa dimungkiri panas bumi menjadi backbone transisi energi siap menggantikan fossil fuel,” ungkap Yurizki.

Dalam 10 tahun ke depan PGE berencana meningkatkan kapasitas terpasangnya secara masif. Pada 2028, misalnya, perusahaan berencana meningkatkan kapasitas terpasang PLTP menjadi 1 GW dari posisi saat ini 672 MW. Dua tahun kemudian atau tahun 2030 meningkat lagi menjadi 1,3 GW. Pada 2035, PGE memproyeksikan kapasitas terpasang PLTP tumbuh menjadi 1,7 GW .

PGE dengan kemampuannya dalam mengembangkan asset, lanjut Yurizki, optimistis bakal menjadi mesin utama untuk membentuk ekosistem panas bumi di Indonesia. Indikatornya, saat ini PGE telah mencatat cadangan panas bumi terbukti dengan kapasitas sebesar 1,1 GW. Selain itu, ada ekstra tambahan potensi cadangan yang siap untuk dieksplorasi dengan kapasitas 2,1 GW. “Total 3,1 – 3,2 GW, dan itu 75% berada lapangan kami, lokasi di area pengembangan jadi bisa dipercepat,” ujar dia.

Panas bumi sendiri dianggap sebagai salah satu alternatif energi terbaik untuk dikembangkan dalam rangka mencapai swasembada energi di era Transisi energi seperti sekarang.

Pemanfaatan panas bumi bakal langsung berdampak terhadap pengurangan penggunaan energi fosil atau migas. “Penggunaan energi dari panas bumi sebesar 1 MWh sama dengan memangkas penggunaan 1,87 barel setara minyak (BOE),” ujar Yurizki. (RI)