JAKARTA – Jaringan listrik oleh PT PLN (Persero) dinilai tidak ada pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir. Ini yang menyebabkan adanya masalah dari sisi keandalan listrik PLN. Bahkan tidak berkembangngya jaringan transmisi dan distribusi membuat pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) sulit masuk ke jaringan PLN.
Rida Mulyana, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, mengungkapkan pemerintah telah menyadari masih lemahnya jaringan listrik PLN. Pentingnya penguatan jaringan listrik semakin mendesak setelah terjadinya mati listrik hampir di seluruh Pulau Jawa secara bersama (black out) pada tahun lalu.
“Ya kan berangkat dari kejadian (black out), sehingga arahnya sekarang ke transmisi. Percuma punya banyak barang (pembangkit listrik) tetapi enggak bisa disalurkan (listriknya),” kata Rida di Jakarta, akhir pekan lalu.
Kementerian ESDM kata dia juga menyadari pentingnya penguatan jaringan transmisi listrik untuk pengembangan energi terbarukan tidak akan menimbulkan gangguan kestabilan pasokan setrum.
“Semua sistem pada akhirnya harus sirkular dan stabil, itu yang dipersyaratkan agar energi terbarukan bisa masuk,” kata Rida.
Keberadaan pembangkit EBT sendiri diperkirakan akan menjadi penopang pembangkit listrik PLN. Apalagi semakin sedikit lembaga keuangan yang mau gelontorkan dana untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).
Saat ini, lanjut Rida, PLN tengah membangun sejumlah jaringan listrik. Salah satunya jaringan transmisi listrik 500 kilovolt (kV) di Pulau Jawa. Selama ini, sistem kelistrikan di Pulau Jawa diperkuat oleh dua transmisi 500 kV. Terjadinya black out pada tahun lalu lantaran salah satu transmisi putus. Pembangunan transmisi baru bisa mencegah kejadian yang sama berulang.
“Intinya, fokus PLN adalah penguatan jaringan, baik jaringan baru yang perpanjangan atau yang sudah ada. Seperti (di Jawa), ada (sistem) timur dan barat, yang di tengah sekarang dibuat sirkular,” jelas dia.
Adapun jaringan transmisi hingga akhir 2019 kemarin mencapai 60.102,5 kilometer sirkit (kms). Dari jumlah tersebut sebanyak 20.175 kms merupakan bagian dari proyek 35 ribu megawatt (MW). Progres pembangunan jaringan transmisi hingga akhir 2019 kemarin mencapai 43%. Sementara 14.048 kms atau sekitar 29% dalam tahap penyelesaian dan sekitar 13.137 kms atau 28% dalam tahap pra konstruksi. Pada tahun ini ditargetkan jaringan transmisi sepanjang 4.459,6 kms rampung.
Berdasarkan laporan kondisi kelistrikan di Indonesia dari International Energy Agency (IEA) disebutkan bahwa investasi untuk pembangunan jaringan listrik cenderung tetap dibandingkan pada 2018 lalu, yakni di US$ 5 miliar. Ini berbanding terbalik dengan investasi di sektor pembangkit, terutama pembangkit bertenaga fosil.
Sekitar tiga perlima anggaran investasi kelistrikan di Indonesia, digunakan untuk pembangunan pembangkit listrik yang sebagian besar menggunakan energi fosil sebagai bahan bakarnya.
Menurut laporan IEA, anggaran investasi jaringan listrik tersebut sebenarnya sudah dua kali lipat dibandingkan 2010 lalu. Namun, dibutuhan investasi yang lebih besar lagi sehingga jaringan listrik bisa menghubungkan pulau-pulau yang ada di Indonesia, serta memperkuat keandalan sistem kelistrikan sehingga pembangkit listrik energi terbarukan bisa masuk tanpa gangguan. Apalagi, energi terbarukan akan memegang peranan penting untuk mengejar rasio elektrifikasi 100%, utamanya di daerah kurang berkembang.(RI)
Komentar Terbaru