JAKARTA – PT Pertamina (Persero) tercatat telah menurunkan harga pertamax Rp 1.950 per liter atau 21% dalam satu tahun terakhir. Pada 15 Mei 2016, harga pertamax turun menjadi Rp7.350 per liter dibanding 15 Mei 2015 yang masih dijual seharga Rp9.300 per liter untuk wilayah DKI Jakarta. Penurunan signifikan harga pertamax telah mendorong peningkatan volume penjualan bahan bakar khusus (BBK) tersebut.
“Konsumsi pertamax meningkat dari 8 ribu kiloliter (KL) perhari menjadi 10 ribu KL perhari,” kata Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, Rabu (18/5).
Menurut Wianda, kenaikan konsumsi BBM beroktan 92 tersebut juga menunjukkan masyarakat telah memiliki pilihan sendiri untuk menjaga performa mesin kendaraan mereka agar lebih terjaga. Apalagi harga pertamax makin kompetitif jika dibandingkan harga premium saat ini yang sebesar Rp6.450 per liter atau hanya selisih Rp900 per liter. Padahal premium hanya beroktan 88.
Perkembangan konsumsi pertalite, BBM beroktan 90 itu juga menunjukkan hal yang positif. “Pertalite sampai dengan April konsumsinya sudah 600 ribu KL. Kita sekarang ini sudah ada di 2.956 SPBU, konsumsi per SPBU sekitar 2,5 KL per hari ” papar Wianda.
Pertamina per 15 Mei 2016 lalu telah menurunkan lagi harga BBK. Untuk pertamax, Pertamina menurunkan harga jenis BBM tersebut sebesar Rp200 per liter untuk seluruh provinsi di Pulau Jawa, Madura, dan Bali menjadi Rp7.350-Rp7.450 per liter dan menurunkan sebesar Rp300 per liter untuk daerah lainnya menjadi Rp7.700-Rp10.650 per liter.
Adapun, pertamax plus penurunan Rp200 per liter diberlakukan untuk wilayah Jawa, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan wilayah lainnya turun Rp300 per liter.Adapun, Pertamina Dex penurunannya seragam di angka Rp300 per liter untuk semua wilayah yang telah tersedia bahan bakar dengan spesifikasi Euro 4 tersebut.
Dexlite yang baru diluncurkan Pertamina baru-baru ini kini ditetapkan seharga Rp6.650 per liter.Sementara itu, harga pertalite rata-rata turun sebesar Rp200 per liter di seluruh daerah. Pertalite di Papua yang semula dijual seharga Rp7.300 per liter, kini dijual di level Rp7.100 per liter. Solar/Biosolar non subsidi juga mengalami penurunan sebesar Rp300 per liter. Untuk wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Banten BBM jenis tersebut turun dari Rp6.950 liter menjadi Rp 6.650 per liternya.
Berly Martawardaya, pengamat energi dari Universitas Indonesia, mengatakan dampak penurunan harga BBK Pertamina masih relatif kecil terhadap inflasi. Hal ini karena volume penjualannya masih kecil jika dibandingkan dengan volume penjualan BBM jenis premium dan solar.
“Dampaknya lebih ke efisiensi mesin dan polusi yang berkurang karena pembakaran mesin lebih berjalan baik,” katanya.
Sudaryatmo, Wakil Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengatakan persoalan utama BBM adalah soal ketersediaan pasokan, khususnya di luar Jawa. “Akibat tidak ada jaminan ketersediaan, terjadi pasar gelap BBM dengan harga di atas harga yang ditetapkan,” tandas Sudaryatmo.(RA/RI)
Komentar Terbaru