JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi minyak 2019 sebesar 414 ribu barel per hari (bph), naik dibanding target tahun ini 400 ribu bph. Untuk gas, Pertamina menargetkan produksi 2.966 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dibanding target 2018 sebesar 3.069 MMSCFD.
Meidawati, Senior Vice President Upstream Strategic Planning and Performace Evalution Direktorat Hulu Pertamina, mengatakan mayoritas lapangan migas yang dikelola sudah tua atau mature. Namun, Pertamina juga memiliki lapangan baru (green field) seperti di Banyu Urip dengan penguasaan hak partisipasi sebesar 45%. Sisanya, 55% dikuasai Exxonmobil yang juga menjadi operator.
Selain itu, Pertamina mempunyai 100% di Jambaran Tiung Biru. Lapangan baru lainnya, adalah Tomori, Donggi Matindok, dan Lapangan Paku Gajah yang dikelola PT Pertamina EP.
“Untuk porsi produksi, green field 21% dan mature field 79%. Perbandingan ini sangat signifikan, bagaimana kami mempunyai lapangan mature yang besar,” kata Mediawati saat diskusi bertajuk “Making Money From Nature Fields: The Sprit of Indonesia’s Oil and Gas Producers yang digelar Dunia Energi di Jakarta, Rabu (7/11).
Menurut Meidawati, tantangan mengelola lapangan tua, pertama kontrol biaya. Karena bagaimanapun aset yang sudah tua biaya pengelolaannya akan lebih mahal dibanding lapangan baru. Pasalnya, production facilities mungkin sudah tua semua. Selain itu, masalah reservoir, mungkin ada data yang tidak lengkap, sehingga harus melakukan korelasi dengan lapangan sekitar.
“Lalu challenge biaya. Kalau dikembangkan tadi tentu biaya operasinya tentu lebih tinggi jika mengelola lapangan tua. Serta keekonomian proyek,” tandas Meidawati.
Pertamina pada 2018 tercatat mulai mengelola blok-blok habis kontrak yang sebelumnya hak partisipasinya dikuasai bersama mitra, seperti Blok Mahakam, Blok Tuban East Java, Ogan Komering, Sanga-Sanga, East Kalimantan, Attaka dan Souteast Sumatra.(RA)
Komentar Terbaru