JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menyebutkan hingga sekarang baru setengah dari seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang telah melalui proses digitalisasi.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan concern Pertamina saat ini adalah supaya subsidi tepat sasaran. Langkah pertama yang sudah dijalankan adalah digitalisasi nozzle di SPBU.
“Dari seluruh SPBU besar yang akan kita implementasikan digitalisasi itu kan ada 5.518 SPBU. Hari ini sudah 2.500 SPBU,” kata Nicke di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Kamis (12/12).
Jika tidak ada halangan, Pertamina menargetkan seluruh fasilitas SPBU bisa terdigitalkan pada pada kuartal I 2020. Dengan begitu maka Pertamina bisa mengetahui indentitas pembeli untuk seluruh jenis bahan bakar.
“Nanti kuartal I akan kami selesaikan semua. Kami bisa melihat siapa pembeli solar subsidi, premium, itu bisa. Datanya semua ada,” ungkap Nicke.
Tidak hanya subsidi BBM, tapi juga distribusi LPG akan didorong untuk bisa menggunakan metode pembayaran digital. Skema tersebut bisa menjadi salah satu langkah persiapan jika memang pemerintah meminta dilakukan subsidi tertutup.
“LPG juga demikian. Kami akan dorong penggunaan cashless payment, baik di SPBU maupun di agen LPG supaya memudahkan ketika nanti implementasinya apakah mau subsidi tertutup, atau subsidi langsung ke peneriman subsidi,” kata Nicke.
Dia menambahkan, saat ini data yang dimiliki sudah jauh lebih lengkap, sehingga bisa diketahui pembeli produk-produk Pertamina.
Ruang lingkup digitalisasi adalah dengan pemasangan alat ukur di tangki sudah diselesaikan di 5.518 SPBU Pertamina. Begitu juga dengan sensor nozzle. Hanya sekarang tantangan berat adalah menyiapkan 22.000 mesin EDC.
Digitalisasi SPBU makin didorong lantaran membengkaknya konsumsi solar pada tahun ini melebihi kuota yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Tahun ini kuota solar ditetapkan 14,5 juta kiloliter (KL). Namun berdasarkan data BPH Migas hingga Oktober saja realisasi serapan konsumsinya mencapai 15,08 juta KL. Hingva akhir tahun konsumsinya diprediksi bisa mencapai 16,15 juta KL.
Sementara dalam data Pertamina sebenarnya perusahaan telah memprediksi pada tahun depan konsumsi solar mencapai 17,02 juta KL, sementara alokasi kuota solar hanya 15,31 juta KL. Kemudian untuk LPG tahun depan subsidi dipatok 7 juta metrik ton (MT), tapi perkiraaan perusahaan konsumsi tahun depan bisa mencapai 7,22 juta MT.(RI)
Komentar Terbaru