JAKARTA – Impor LPG (Liquified Petroleum Gas) berpotensi turun signifikan seiring penggunaan Demethyl Ether (DME) yang dihasilkan dari hilirisasi batu bara. DME akan diproduksi dari fasilitas produksi di mulut tambang Peranap, Riau yang dibangun perusahaan patungan PT Bukit Asam Tbk, PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals, Inc.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan, jika sudah terealisasi maka 1,4 juta metrik ton (MT) LPG akan langsung bisa digantikan dengan DME.
Berdasarkan data Pertamina, konsumsi LPG tahun lalu mencapai 7,4 juta MT. Sekitar 70% diantaranya atau setara dengan 5,3 juta MT berasal dari impor. “Sebanyak lima juta ton batu bara akan menghasilkan 1,4 juta MT DME untuk menggantikan impor 5,3 juta MT LPG,” kata Nicke di Jakarta, Rabu (16/1).
Nicke mengatakan rencana penggunaan DME merupakan rangkaian dari inisiatif Pertamina umtuk mengurangi ketergantungan LPG yang makin meningkat permintaannya. Pertamina sebagai penyedia utama LPG nasional memprediksi peningkatan konsumsi setelah adanya konversi dari minyak tanah. Di sisi lain Pertamina memiliki keterbatasan dalam memproduksi sendiri LPG. Selain karena fasilitas produksi, bahan baku berupa jenis gas yang cocok untuk dijadikan LPG tidak terlalu banyak.
“Spesifikasi gas kan kalau LPG dry, ada batasan atau limit bahan bakunya. Infrastruktur juga terbatas, Pertamina hanya bisa sediakan satu juta ton,” papar Nicke.
Tambang Peranap yang dikelola Bukit Asam memiliki potensi 275 juta ton batu bara. Jumlah tersebut dinilai cukup untuk menutup kebutuhan DME guna menggantikan LPG. Apalagi batu bara yang diperlukan untuk DME adalah batu bara berjenis kalori rendah yang berlimpah di Indonesia.
“Untuk menggantikan impor 5,3 juta MT LPG, artinya kita perlu 20 juta ton batu bara, Peranap memiliki cadangan 275 juta ton. Peranap saja cukup. Kita bicara Bukit Asam juga banyak potensi batu baranya” kata Nicke.(RI)
Komentar Terbaru