Dirut Pertamina Nicke Widyawati bersama jajaran manajemen Pertamina dan PT Pertamina Power Indonesia usai menerima penghargaan dari Majalah Project Finance International (foto: dokumentasi Pertamina/Dunia-Energi)
LONDON– PT Pertamina Power Indonesia, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor ketenagalistrikan, berhasil meraih penghargaan skala internasional, yaitu “Power Deal of The Year 2018” untuk proyek Jawa-1 LNG-to-Power yang diadakan oleh majalah Project Finance International (PFI). Penganugerahan penghargaan diberikan di Hilton Park Lane Hotel London, Rabu (6/2) serta dihadiri Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury, dan Direktur Utama PPI Ginanjar.
Proyek Jawa-1 LNG-to-Power terpilih sebagai Power Deal of The Year di Kawasan Asia-Pacific setelah melalui proses screening dan pitching oleh tim editorial PFI sejak awal November 2018 dari seluruh project financing di berbagai sektor energi (power, renewables, solar, wind, oil & gas, mining, petrochemical, clean energy) di setiap region dan secara global.
Proyek dengan nilai US$ 1,8 miliar (atau sekitar Rp26 triliun) ini berhasil mendapatkan pendanaan project financing yang disponsori oleh konsorsium lenders yang terdiri dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) and Nippon Export and Investment Insurance Co, Ltd (NEXI), Asian Development Bank (ADB). Pendanaan juga berasal dari institusi perbankan komersial antara lain Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, Oversea-Chinese Banking Cooperation Ltd, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Societe Generale dengan skema pendanaan non-recourse project financing. Pembayaran pinjaman dari institusi perbankan komersial tersebut murni bersumber dari proyek itu sendiri.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan penghargaan yang diterima oleh PPI akan menjadi inspirasi dan semakin memacu semangat seluruh insan Pertamina dalam mendukung sustainability growth Pertamina melalui inovasi dan kreativitas bisnis.
“Insan Pertamina harus selalu kreatif dan tajam dalam mengidentifikasi peluang bisnis serta mengembangkannya dengan cara-cara yang tidak konvensional serta mampu mengikuti dinamika bisnis dan industrinya bahkan beyond,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis yang diterima Dunia-Energi, Rabu (27/2).
PFI merupakan most respected publication berskala internasional di bidang project financing yang menjadi acuan/ kiblat di global infrastructure finance market.
Proyek LNG-to-Power menjadi tren bisnis di industri energi dalam beberapa tahun terakhir. Kombinasi dari meningkatnya kepedulian terhadap isu lingkungan (environmental concern), dinamika bisnis LNG saat ini, dan penggunaan floating storage and regasification unit (FSRU) sebagai solusi LNG infrastructure, membuat negara-negara di dunia mulai melihat skema LNG-to-Power sebagai solusi cepat pemenuhan kebutuhan power generation berbasis clean energy meskipun skema tersebut mempunyai tantangannya sendiri dan tidak mudah.
Jawa-1 LNG-to-Power merupakan paduan dua proyek dari dua sektor industri berbeda yaitu LNG/gas infrastructure berupa new-build 170,000m3 FSRU dan power generation berupa green field gas-fired power plant 1760 MW. Secara keseluruhan, di bawah kepemimpinan Pertamina, proyek ini melibatkan lebih dari 20 perusahaan domestik dan internasional. Hal ini menjadi tantangan dan pembuktian bagi Pertamina untuk memastikan proyek ini bankable dan dapat mencapai financial closing sesuai target waktu mengingat struktur financing yang kompleks.
Pada skema tradisional, bisnis IPP dan LNG infrastructure berdiri sendiri-sendiri dan saling independent. Dengan konsep terintegrasi dalam konteks kepemilikan, konstruksi dan contractual arrangement, alignment of interest dan risk allocation antara PT Jawa Satu Power dan PT Jawa Satu Regas sebagai project companies serta para supporting partners menjadi kunci.
Proyek ini memperoleh award sebagai power deal of the year dan dinilai luar biasa karena dengan business nature yang berbeda dan struktur proyek yang unik. Namun, Pertamina dan konsorsiumnya dapat mencapai Financial Closing (FC) dalam waktu yang sangat singkat, yaitu 14 bulan, bahkan tanpa adanya government guarantee. Hal ini menjadi achievement tersendiri di bisnis infrastruktur dan IPP Indonesia bahkan di kawasan Asia-Pacific.
Proyek ini merupakan bagian dari Program Ketenagalistrikan 35 gigawatt (GW) Pemerintah Indonesia dan komitmen serta kolaborasi BUMN besar Indonesia yakni Pertamina dan PLN, untuk memberikan solusi LNG-to-Power guna menghasilkan energi bersih dan terjangkau dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Proyek ini juga menjadi enabler FID proyek strategis nasional lainnya yaitu proyek LNG Tangguh Train 3. Offtaker dari pembangkit listrik dengan teknologi combined-cycle ini adalah PT PLN (Persero) yang tertuang dalam Power Purchase Agreement (PPA) selama 25 tahun dengan basis Build, Owned, Operate, Transfer (BOOT). LNG yang dikirimkan oleh PLN, disimpan, diregasifikasi dan dikirim oleh JSR ke JSP untuk dikonversi menjadi power, menghasilkan listrik untuk ditransmisikan ke jaringan PLN Jawa-Bali guna menerangi setidaknya 11 juta rumah. (RA)
Komentar Terbaru