JAKARTA – PT Pertamina (Persero) bersinergi dengan PT PLN (Persero) sepakat untuk membangun pusat riset energi untuk membangun ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi nasional. Kesepakatan tersebut ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) pembentukan Indonesia Energy and Electricity Institute (IEEI) oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini serta disaksikan Wakil Menteri BUMN I Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Jumat (13/11).
IEEI akan menjadi pusat riset energi mengenai trend teknologi dan perkembangannya, membangun database untuk kegiatan riset dan kajian di bidang kebijakan dengan memperhatikan sumber daya alam Indonesia, serta berperan aktif dalam advokasi di bidang energi hingga level global dari perspektif Indonesia dalam penyusunan regulasi.
Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri BUMN, mengungkapkan pembentukan IEEI ini merupakan bentuk sinergi BUMN di Indonesia dalam hal joint research yang pertama di Indonesia dalam sektor energi dan ketenagalistrikan.
“IEEI diharapkan dapat menjadi national thought leader dan regional thought leader yang dapat menjadi basis dan rujukan riset-riset di sektor energi dan ketenaga listrikan dalam hal technical research, policy research serta menjadi Global Platform Energy,” kata Budi, Sabtu (14/11).
Menurut Budi, energi memberikan dampak yang sangat besar dalam peradaban manusia, sehingga transisi energi juga akan memberikan dampak yang masif pada peradaban manusia.
“Dalam transisi ini tentunya ada negara atau perusahaan yang survive dan kalah, harapan saya Pertamina dan PLN menjadi perusahaan yang survive dalam transisi energi ini,” kata dia.
Budi berharap Pertamina dan PLN dapat melaksanakan studi bersama serta mempertajam organisasi yang dibentuk dengan memperhatikan isu-isu terkini di transisi energi dan transformasi serta digitalisasi energi.
Tim Kerja IEEI akan menyiapkan peta jalan dan rencana program kerja 10 tahun ke depan termasuk penyusunan energi outlook yang dapat menjadi quick wins untuk kedua perusahaan. Kegiatan-kegiatan IEEI tersebut direncanakan aktif di tingkat nasional maupun internasional.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina juga berharap agar IEEI bisa memberikan lebih banyak pemikiran untuk transisi energi kedepan. Apalagi pendemi COVID-19 semakin membuka mata bahwa transisi jadi harga mati.
“Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi transisi energi global sedemikian cepatnya sehingga Pertamina dan PLN sebagai garda terdepan dalam energi harus bergerak bersama untuk menjawab tantangan ini demi mencapai Availability, Accessibility, Affordability, Acceptability dan Sustainability untuk memenuhi kedaulatan energi nasional,” kata Nicke.
Dia manambahkan, Pertamina dan PLN adalah penggerak roda besar perekonomian Indonesia. Di tahap awal, Pertamina dan PLN akan masuk dalam riset dan teknologi, mengingat saat ini kita memiliki sumber daya alam yang melimpah namun terbatas dalam teknologi.
“Diharapkan IEEI ini dapat memberikan advokasi untuk pemerintahan kita dan kedepannya dapat menjadi advokasi di dunia internasional,” ungkap Nicke
Sementara itu Zulkifli Zaini Direktur Utama PLN menegaskan pembentukan IEEI merupakan terobosan strategis bagi PLN dan Pertamina yang bisa berkontribusi bagi pengembangan sektor kelistrikan dan energi di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai salah satu langkah dalam menjaga ketahanan energi.
“IEEI diharapkan dapat menjadi lembaga think tank yang menghasilkan report dan penelitian yang dapat memberikan kontribusi luas bagi pengembangan sektor listrik dan energi di Indonesia,” ujar dia.
IEEI sendiri akan diisi oleh orang-orang ahli di bidang energi dan ketenagalistrikan yakni Nicke Widyawati (Dirut Pertamina), Zulkifli Zaini (Dirut PLN), Ego Syahrial (Sekjend Kementrian ESDM), Febrio Kacaribu (Kepala BKF), Prof. Dr. Satryo S. Brodjonegoro (Penasehat Khusus Menko Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri), Prof. Kuntoro Mangkusubroto, Dr. Widhyawan Prawiraatmadja dan Dr. Hardiv Situmeang.(RI)
Mestinya PLN-Pertamina tidak perlu lembaga riset seperto yg direncanakan. Kan ada BPPT dan Perguruan tinggi yang juga mempunyai kemapuan untuk itu. Kalau masalah think tank…kan ada DEN????. Saya khawatir beban menejemen Pertamina dan PLN over load, sehingga gagal mewujudkan bauran EBT di Tahun 2025 dan 2050.
Salam,