KANDIS– Indonesia dikenal dengan negeri yang kaya akan aliran batik. Salah satunya adalah batik Sakai. Potensi besar dari batik Sakai ini diendus oleh Pertamina PDC. Keterlibatan Pertamina PDC utamanya untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan menjadi ikon unggulan lokal.
Budhi Kristianto, Corporate Secretary PDC, menyatakan Pertamina PDC yang tahun lalu menginisiasi program pelatihan Batik sebagai kelanjutan dari program sebelumnya yang telah dilakukan.
“Program kali ini dilakukan dengan sejumlah improvement, yaitu dari mulai proses produksi, disain, bahan dasar pewarnaan alami dan sebagainya yang akan berdampak pada kecepatan produksi, peningkatan kualitas dan berujung pada pemasaran,” ujar Budhi (29/9)
Husni Merza, menegaskan pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan ini sekaligus kaget dan terharu bangga, mendengar laporan hasil dan bukti yang disampaikan oleh Pertamina PDC.
“Program Batik Sakai yang telah diprakarsai oleh pihak Pertamina ini perlu dikembangkan dan dilanjutkan untuk didorong usahanya, sehingga menjadi sektor usaha baru yang mampu menggenjot kearifan local. Hal ini diharapkan dapat menjadi momen bagi perusahaan-perusahaan lainnya yang beroperasi di daerah Siak ini untuk dapat berperan aktif sebagaimana dicontohkan Pertamina PDC ini, “ ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Camat Kandis, Said Irwan bahwa Batik Sakai ini akan dijadikan ikon kecamatan Kandis sekaligus dapat menjadi obyek wisata yang dapat menambah lapangan pekerjaan baru di Kecamatan Kandis. Untuk itu perlu diupayakan tempat produksi atau rumah batik sebagai sentra industri. “Ini dapat menjadi catatan saat digelar Musrenbang nantinya,” ujar Irwan.
Program Batik Sakai di Desa Jambai Makmur Kecamatan Kandis, adalah salah satu program cetusan Pertamina PDC dalam menghidupkan dan mengangkat kearifan lokal suku Sakai menjadi sebuah kerajinan batik yang bisa menjadi nilai tambah bahkan bisa menjadi pencaharian utama. Sekitar 20 orang-ibu ibu hasil seleksi dari 40 orang yang terjaring di Desa Jambai Makmur mendapatkan pelatihan khusus membatik dari instruktur profesional, dengan memanfaatkan limbah sampah rumah tangga sebagai bahan cetakan batik, dan warna alami tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarnanya. Pelatihan diarahkan dengan materi-materi produktif dari mulai membuat disain motif, cetakan dan kuas dari limbah, sampai dengan penghitungan produksi dan pemasaran, hingga kemasan untuk siap dipasarkan. (RI)
Komentar Terbaru