JAKARTA – Kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan biodiesel. Apalagi harga minyak mentah yang beberapa waktu mengalami penurunan berimbas pada selisih harga dengan biodiesel.
PT Pertamina (Persero) mengakui harga biodiesel menjadi tantangan tersendiri dalam menggenjot penggunaannya, terutama untuk transportasi.
Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan berkomitmen dalam mensukseskan program biodiesel. Namun jika ingin melangkah lebih jauh, maka faktor keberlanjutan (sustainability) untuk menjaga kemampuan pasokan CPO serta harga menjadi kunci utama.
Pasalnya, sejauh ini pasokan sawit untuk program biodiesel belum sustain. Oleh sebab itu, ia mendorong agar jaminan pasokan dari sisi hulu dapat stabil. “Satu dari segi volume kedua dari segi harga,” kata Nicke dalam diskusi virtual yang ditayang di CNBC Indonesia, Senin (26/4).
Selain pasokan, Nicke juga meminta kepastian harga CPO. Mengingat persolan harga sangat berpengaruh terhadap keekonomian produk yang dihasilkan. Untuk itu kepastikan harga yang mendukung program memang salah satu kuncinya adalah pemberian subsidi. Namun menurut Nicke hal itu cukup sulit untuk terealisasi.
“Kecuali pemerintah juga lakukan subsidi. Tapi kita pengennya pemerintah harus kurangi subsidi,” katanya.
Pertamina sendiri bahkan telah berhasil memproduksi D100 atau green diesel (solar hijau). Bahan bakar nabati atau BBN itu merupakan hasil pengolahan refined, bleached, and deodorized palm oil (RBDPO).
Produk ini 100% berasal dari minyak sawit mentah yang diproses hingga hilang getah, impurities (kotoran), dan baunya. Adapun produksi Green Diesel dan Green Avtur di Kilang Pertamina Cilacap akan dilaksanakan dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, dilakukan pengolahan RBDPO sebesar 3.000 barel per hari untuk menghasilkan Green Diesel D100 yang direncanakan onstream pada akhir Desember 2021. Selanjutnya di tahap kedua, akan dilakukan pengolahan CPO sebesar 6000 barel per hari untuk menghasilkan Green Diesel D100 atau Green Avtur yang direncanakan onstream pada akhir Desember 2022.
Eddy Abdurrachman, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), mengakui kenaikan harga CPO menjadi ganjalan tersendiri dalam memaksimalkan pengembangan dari program biodiesel. Untuk itu, pihaknya tengah mengupayakan agar gap dari harga indeks pasar biodiesel dan harga indeks pasar solar dapat ditekan.
“Untuk menutup apabila selisih atau gap antara HIP biodiesel dengan indeks solar, sehingga solar yang dicampur dengan biodiesel masih ekonomis,” kata Eddy.(RI)
Komentar Terbaru