JAKARTA-PT Pertamina Lubricants (PTPL), cucu usaha PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran pelumas, mencatatkan kinerja paling finansial cukup moncer sepanjang 2020 di antara lima perusahaan yang tergabung dalam Commercial & Trading (C&T) Subholding Pertamina. Hal ini dibuktikan dari raihan laba bersih (net profit) perusahaan yang dibukukan sepanjang Januari-Desember 2020 sebesar 10,7% menjadi US$146,81 juta dari US$ 131,08 juta (year-on-year).

Dikutip dari Laporan Tahunan (Annual Report) Pertamina 2020, capaian laba bersih PTPL sepanjang 2020 memberi kontribusi 55,7% terhadap laba bersih konsolidasi C&T Subholding yang total mencapai US$ 263,54 juta.

Raihan laba konsolidasi C&T pada 2020 naik 23% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yaitu 202,89 juta.
Di bawah PTPL kontributor laba bersih terhadap C&T Subholding adalah PT Pertamina Patra Niaga (PPN) yang kini menjadi subholding sebesar US$ 51,61 juta, naik dari 38,77 (year-on-year). Posisi berikutnya adalah Pertamina International Marketing & Distribution Pte Ltd (perusahaan pemasaran luar negeri) sebesar US$29,11 juta, naik dari periode tahun sebelumnya US$ 6,59 juta.

Selanjutnya adalah PT Pertamina Retail, distributor bahan bakar dan retail, yang membukukan laba US$ 17,31 juta, naik dari US$ 16,35 juta. Adapun Pertamina International Timor SA (perusahaan jasa perdagangan dan aktivitas industri) mengalami penurunan laba dari sebelunnya US$ 10,10 juta pada 2019 turun ke US$ 8,69 juta pada 2020.

Kendati PTPL memberi kontribusi terbesar laba bersih, PPN justru kontributor utama pendapatan usaha (operating revenues). Kendati turun, pendapatan PPN mencapai US$ 1,445 miliar pada 2020, dibandingkan 2019 yang mencapai US$ 1,599 miliar. Posisi berikutnya diduduki Pertamina International Marketing & Distribution Pte Ltd yang mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sangat signifikan dari US$ 220,6 juta menjadi US$ 1,552 miliar.

PT Pertamina Retail yang mendistribusikan bahan bakar dan retail mencatatkan pendapatan usaha US$ 816,57 juta, turun dari 2019 yang mencapai US$ 971,12 juta. Adapun PTPL pendapatannya justru turun dari US$ 754,64 juta menjadi US$ 657,91 juta.

Dari sisi aset, PPN tertinggi, yaitu US$1,08 miliar, disusul PTPL sebesar US$ 540,32 juta, dan PT Pertamina Retail US$ 338,95 juta. Sedangkan Pertamina International Marketing & Distribution Pte Ltd mencatatkan aset US$ 319,64 juta dan di posisi terakhir Pertamina International Timor SA sebesar US$ 45,21 juta, naik dari US$ 43,36 juta (year-on-year). (DR)