JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyerahkan pengelolaan dua dari empat blok terminasi ke PT Pertamina (Persero), yakni Blok atau wilayah kerja (WK) Jambi Merang dan Raja/Pendopo. Selain kedua blok tersebut, dua blok lainnya yang akan habis masa kontraknya pada 2019 adalah Seram-Non Bula, dan WK Bula.
Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan jangka waktu kontrak untuk empat WK adalah 20 tahun menggunakan kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) gross split. Dengan tambahan empat WK tersebut, kontrak migas yang menggunakan skema gross split menjadi 20 kontrak.
Total bonus tanda tangan dari empat WK terminasi yang akan diterima pemerintah sebesar US$20,29 juta atau setara Rp285 miliar.
“Total investasi komitmen kerja pasti lima tahun adalah sebesar US$308,99 juta atau sekitar Rp4,3 triliun,” kata Djoko saat konferensi pers di Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (11/5).
Seiring tambahan hak pengelolaan dua WK terminasi, selain menambah potensi pendapatan juga menambah porsi kontribusi Pertamina terhadap produksi migas nasional.
“Kami berikan penugasan dan prioritas, mulai Mahakam, lalu delapan WK terminasi kami kasih juga ke Pertamina. Lalu dua dari empat WK terminasi, itu otomatis produksi total Pertamina secara nasional naik dari 20% menjadi sekitar 39%. Kami berharap Pertamina bisa mempertahankan,” ungkap Djoko.
Pembagian split dari empat WK terminasi Jambi Merang bagi hasil minyak kontraktor mendapatkan 46,5% dan pemerintah 53,5%. Gas kontraktor 51,5% dan pemerintah 48,5%.
WK Seram Non Bula kontraktor mendapatkan bagi hasil minyak sebesar 72,87% dan pemerintah 27,12%.
Untuk WK Bula bagi hasil untuk minyak kontraktor mendapatkan 66,5% dan pemerintah 33,5%.
Menurut Joko, pemerintah menargetkan penandatanganan kontrak akan dilakukan paling tidak dua minggu dari sekarang. “Dua minggu lagi kalau tanda tangan kontraknya,” tukasnya.
Untuk produksi masing-masing empat WK tersebut, Jambi Merang merupakan WK paling produktif dengan produksi gas sebesar 80 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), itu pun masih belum optimal karena bisa mencapai 120 MMSCFD, yang tinggal menunggu kesepakatan dengan potensi pembeli gas. Sementara produksi miyaknya sebesar 3.700 barel per hari (bph). untuk WK yang Raja/Pendopo produksi minyaknya sebesar 500 bph, kemudian WK Bula 300 bph, serta WK Seram Non Bula sekitar 1.700 bph.
Pertamina sebenarnya merupakan operator eksisiting dikedua WK yang didapat. Berikut juga dengan dua WK lain, yaitu Seram Non Bula yang akan kembali dikelola operatori oleh Citc Seram Energy Ltd serta WK Bula oleh Kalrez Petroleum (Seram) Ltd.
Nicke Widyawati, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan, Pertamina akan agresif untuk mengelola WK terminasi. Selain itu, Pertamina juga berencana untuk berpartner dalam mengelola blok tersebut.
“Opsi untuk berpartner tetap ada. Kami lakukan, pada dasarnya terbuka melakukan kerja sama. Jadi, ini akan kami lakukan kajian,” tandas Nicke.(RI)
Komentar Terbaru