JAKARTA – PT Pertamina International Shipping (PIS) mengejar bakal melakukan ekspansi bisnis non logistik kargo energi, salah satunya pengelolaan terminal pelabuhan.

Eka Suhendra, Direktur Business Planning PIS, mengungkapkan salah satu strategi yang akan ditempuh PIS adalah dengan menggandeng mitra untuk kembangkan bisnis pengelolaan terminal. “Kita masih akan bergerak di terimal sektor energi, tapi tidak tutup kemungkinan bermitra. Masih ada Pelindo tetap mereka punya pengalaman untuk terminal selain fuel,” jelas Eka, dalam sesi diskusi dengan media, Kamis (5/9).

Lebih lanjut Eka menuturkan bisnis pengelolaan terminal selain sektor energi justru datang peluang dari luar negeri. PIS membuka peluang untuk mengembangkan terminal terintegrasi di luar negeri. “Untuk di luar negeri kalau perlu Pelindo juga kita ikut sertakan. Justru ada tawaran dari luar negeri ke kita untuk garap proyek terminal terintegrasi,” ujar Eka.

Menurut dia salah satu alasan PIS dilirik untuk kembangkan terminal ini setelah adanya pengembangan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT). “Mungkin karena kita sudah berhasil bangun JIGT, sudah tersiar kabar juga,” ungkap Eka.

Pertamina mulai bangun JIGT pada Agustus 2023. Terminal ini nantinya akan lebih besar dan lebih modern dari Integrated Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang.

Jakarta Integrated Green Terminal nantinya tidak hanya akan menampung bahan bakar seperti LPG, BBM, Gasoline, dan Biodiesel tapi juga dirancang untuk bisa menampung LNG, CPO, UCO (Used Cooking Oil), dan petrokimia. Bahkan juga bisa untuk menampung Hidrogen yang diperkirakan akan tumbuh permintaannya di 2030.

JIGT dibangun di kawasan yang dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) di area Kalibaru, Jakarta Utara. Lokasi yang berada di daerah tepi laut ini memiliki area seluas 64 hektare dan diproyeksi memiliki kapasitas penampungan hingga 6 juta barel.

Bisnis terminal ini akan jadi salah satu lini bisnis andalan PIS yang ditargetkan bisa berkontribusi untuk mencapai target revenue PIS di tahun 2034 sebesar US$8,9 miliar. (RI)