JAKARTA – PT Pertamina International EP masih berharap bisa melakukan ekspansi di Blok 405a di Aljazair, meski saat ini terganjal kesepakatan keekonomian dengan Sonatrach, sebagai perwakilan perusahaan negara Aljazair.
Denie S Tampubolon, Direktur Utama Pertamina Internasional, mengatakan Pertamina memiliki strategi untuk mempertimbangkan ekspansi, apalagi di wilayah yang sudah dijajaki sebelumnya. Hanya saja sampai saat ini diskusi masih belum mencapai titik temu.
“Tanda tangan itu dua pihak. Kami siap, mereka belum siap, belum lagi kesepakatan komersial. Upaya masih jalan terus. Betul dari tahun lalu (pembahasan), tapi kalau belum ketemu deal, ya mau bagaimana, kan dua belah pihak yang bicara,” kata Denie kepada Dunia Energi di Jakarta, belum lama ini.
Denie optimistis peluang untuk mengembangkan bisnis di Aljazair masih terbuka. Apalagi Pertamina memiliki pengalaman dari sisi teknis maupun dalam hal pengurusan legalitas di wilayah kerja.
“Di mana saja kami hadir selalu mencoba, mencari, mengoptimasi dan mengembangkan, termasuk di Aljazair, Malaysia, dan Irak. Kalau sudah di situ, kami paham betul teknis, regulasi, otoritasnya, jadi lebih mudah,” ungkap Denie.
Di lapangan Menzel Lejmet North (MLN) Blok 405a Pertamina memiliki hak partisipasi 65%. Lapangan tersebut terdiri dari lima struktur MLN, KMD, MLC, MLNW, dan MLW dengan 46 sumur terdiri dari 29 sumur produksi dan 17 sumur injeksi.
Pertamina berencana untuk mengakuisisi Lapangan MLN-2 yang berada tidak jauh dari MLN yang saat ini dikelola perseroan.
Selain lapangan MLN, Pertamina juga memiliki hak partisipasi di dua lapangan lainnya, yakni Lapangan EMK sebesar 16,9% dan Lapangan OHD 3,73%.
Sebagai operator di MLN, Pertamina Internasional baru saja menyelesaikan proyek pengembangan fase-4 yang mampu mencatatkan efisiensi biaya hingga US$16 juta dan waktu pengeboran yang lebih cepat 15-19 hari dari rencana awal.
Tidak hanya itu, Pertamina Internasional melakukan inovasi dengan mengembangkan teknologi geospasial untuk membantu penentuan titik sumur pengeboran guna menghindari potensi Geohazard, seperti banjir atau lereng tidak stabil. Serta implementasi konsep After Action Review yang telah dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mempercepat pengambilan keputusan, sehingga proses pengeboran berjalan lebih cepat dan hemat biaya.(RI)
Komentar Terbaru