JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mematok peningkatan laba bersih pada 2021 seiring optimisme adanya pemulihan ekonomi nasional setelah dihantam krisis akibat pandemi Covid-19. Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan tahun ini manajemen memproyeksikan peningkatan penjualan BBM yang sempat anjlok parah sepanjang 2020. Selain itu, optimisme ini juga ditunjang peningkatan harga minyak dunia.
“Penjualan ditargetkan naik 12% dari tahun 2020 dan harga minyak pun tren naik. Dengan demikian laba bersih ditargetkan US$ 2 miliar,” kata Nicke, Kamis (4/2).
Sepanjang tahun lalu Pertamina mengklaim berhasil mencatatkan keuntungan atau laba bersih mencapai US$1 miliar. Bisnis hulu Pertamina, yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi Subholding Upstream, menjadi kontributor utama laba bersih perusahaan.
Raihan laba bersih 2020 lebih rendah dibandingkan pencapaian 2019 yang tercatat US$ 2,53 miliar atau setara Rp35,8 triliun. Total pendapatan perusahaan tahun lalu mencapai US$ 54,58 miliar dengan asset US$ 67,08 miliar.
Nicke mengatakan melalui efisiensi ketat serta perubahan strategi Pertamina sukses bertahan pada 2020 dan justru mencetak laba bersih setelah pada semester I 2020 merugi. “Raihan laba bersih US$1 miliar melalui upaya kami dalam meningkatkan produktivitas hulu migas dan kilang serta efisiensi di semua bidang,” kata Nicke
Beberapa perubahan strategi yang dilakukan manajemen adalah efisiensi biaya operasi atau operational expenditure (Opex) mencapai 30%. Secara operasioinal memang penjualan minyak juga turun untungnya efisiensi besar-besaran bisa berika dampak positif bagi kinerja keuangan perusahaan. “Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktifitas hulu migas dan kilang, serta efisiensi di semua bidang,” kata Nicke.(RI)
Komentar Terbaru