JAKARTA-PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi, memberikan kontribusi 44,64% atau US$ 589,7 juta atau sekitar Rp 7,96 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS) terhadap laba bersih yang diperoleh kelompok usaha di sektor hulu perseroan yang tercatat US$ 1.065,22 miliar atau sebesar Rp 14,38 triliun sepanjang 2016.
Raihan laba bersih sektor hulu Pertamina diperoleh dari kalkulasi laba bersih tujuh perusahaan yang mencapai total US$ 1,3 miliar dikurangi oleh dua perusahaan yang mengalami rugi bersih pada 2016, yaitu ConocoPhilips Algeria Ltd sebesar US$ 231,80 juta dan PT Pertamina EP Cepu ADK sebesar US$ 3,94 juta.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi Pertamina 2016, Pertamina EP pada 2016 membukukan laba bersih (net income) sebesar US$ 589,7 juta, turun dibandingkan 2015 sebesar US$ 738 juta dipengaruhi penurunan harga minyak. Sepanjang 2016, Pertamina EP membukukan pendapatan usha (operating revenues) sebesar US$ 2,49 miliar, turun dibandingkan 2015 senilai US$ 2,92 miliar.
Posisi kedua diduduki oleh PT Pertamina EP Cepu. Anak usaha Pertamina yang bersama ExxonMobil dan badan usaha milik daerah mengelola Blok Cepu di perbatasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur itu membukukan laba bersih US$ 22,67 juta, naik signifikan dibandingkan 2015 sebesar US$ 159,7 juta ditopang kenaikan produksi minyak Blok Cepu. Pendapatan usaha perseroan juga meroket dari US$ 477,89 juta menjadi US$ 882,36 juta.
Peringkat ketiga diduduki oleh PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi. Laba bersih peresroan tercatat US$ 192,5 juta, naik dibandingkan 2015 sebesar US$ 169 juta. Padahal, pendapatan usaha perseroan turun dari US$ 552,27 juta menjadi US$ 538,22 juta.
Peringkat keempat diisi oleh PT Pertamina Hulu Energi yang mencatatkan laba bersih US$ 188,86 juta atau turun dibandingkan 2015 yang tercatat US$ 201,3 juta. Sementara pendapatan usaha PHE tercatat US$ 1,53 miliar, juga turun dibandingkan 2015 sebesar US$ 1,78 miliar.
Di posisi kelima tercatat PT Pertamina Geothermal Energy. Anak usaha Pertamina di sektor geothermal ini membukukan laba bersih US$ 75,16 juta, turun dibandingkan 2015 sebesar US$ 85,10 juta. Padahal, pendapatan usaha perseroan naik dari US$ 530,10 juta menjadi US$ 533,49 juta.
Posisi keenam ditempati oleh PT Elnusa Tbk (ELSA). Perusahaan jasa hulu migas ini mencatatkan laba bersih pada 2016 sebesar US$ 23,6 juta, turun dibandingkan 2015 sebesar US$ 28,03 juta. Pendapatan usaha perseroan juga turun tipis dari US$ 281,9 juta menjadi US$ 272 juta.
Adapun peringkat ketujuh diduduki oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia. Anak usaha Pertamina yang aktivitas bisnisnya sama dengan Elnusa itu membukukan laba bersih US$ 8,71 juta pada 2016, naik dibandingkan 2015 sebesar US$ 2,55 juta. Padhal pendapatan usaha turun dari 233,39 juta menjadi US$ 214,13 juta.
Posisi kedelapan adalah PT Pertamina EP Cepu ADK. Perseroan mengalami peningkatan kerugian dari minus US$ 2,59 juta menjadi US$ 3,94 juta.
Paling buncit adalah ConocoPhilips Algeria Ltd. Ini adalah anak usaha Pertamina di Aljazair setelah perusahaan mengakuisisi perusahaan tersebut dari ConocoPhlips. Pada 2016, ConocoPhilips Algeria rugi US$ 231,8 juta setelah mengeruk laba bersih pada 2015 sebesar US$ 55,21 juta. Padahal, pendapatan usaha ConocoAlgeria naik dari US$ 623,87 menjadi US$% 668,68 juta.
Sementara itu, dari sisi aset, Pertamina EP kembali menjadi pemegang aset nomor satu. Pada 2016, aset Pertamina mencapai US$ 7,3 miliar, namun turun dibandingkan 2015 sebear US$ 8,79 miliar. Peringkat kedua, Pertamina Hulu Energi dengan aset US$ 4,9 miliar, turun dibandingkan 2015 sebeasr US$ 5,17 miliar. Berikutnya , PT Pertamina Internasional mencatatkan aset US$ 3,53 miliar, naik signifikan dibandingkan 2015 senilai US$ 2,4 miliar.
Adapun Pertamina EP Cepu mencatatkan aset US$ 2,1 miliar, naik dari US$ 1,9 miliar dan Pertamina Geothermal asetnya melonjak dari US$ 1,57 miliar menjadi US$ 2,07 miliar. Kenaikan signifikan juga pada aset ConocoPhilips Algeria dari US$ 951 juta menjadi US$ 1,84 miliar pada 2016. (DR)
Komentar Terbaru