JAKARTA – Pemerintah meminta PT Pertamina (Persero) meningkatkan transparansi dalam merespon perubahan iklim akibat emisi tinggi yang dihasulkan oleh kegiatan operasi produksi migasnya.
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan , menegaskan sebagai perusahaan milik negara yang terbesar di bidang energi, Pertamina harus mampu ambil bagian dalam transformasi menuju net zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat.
Dia juga menuturkan sejak 2016, Kementerian Keuangan telah memperkenalkan anggaran APBN yang terkait dengan penanganan perubahan iklim secara transparan dan akuntabel. Sri Mulyani berharap supaya Pertamina juga dapat menerapkan hal yang sama seperti yang sudah dilakukan pemerintah.
“Berapa sih sebetulnya belanja pemerintah dari sisi fiskal yang komit terhadap climate change saya berharap mungkin pertamina bisa lakukan hal yang sama,” kata Sri Mulyani disela Pertamina Energy Webinar 2021: Energizing Your Future (7/12).
Dia meminta Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini untuk mengatur anggaran atau investasi yang dibutuhkan untuk pendanaan perubahan iklim. Sehingga pemerintah dapat mengetahui batas kemampuannya untuk mentransformasikan ekonomi Indonesia sesuai Nationally Determined Contribution (NDC). “Ini termasuk Pertamina dan itu penting kita lakukan,” ungkap Sri Mulyani.
Dia menjelaskan sektor kehutanan memiliki porsi terbesar dalam target penurunan emisi karbon dioksida. Namun biaya penurunan emisi yang dibutuhkan dari sektor ini relatif lebih kecil dibandingkan biaya untuk menurunkan emisi di sektor energi.
Menurutnya untuk menurunkan emisi sebesar 700 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e), setidaknya sektor Forestry and Other Land Uses (FoLU) membutuhkan biaya sekitar Rp 90 triliun. Jumlah itu jauh sekali jika dibandingkan dengan sektor energi dimana untuk menurunkan emisi karbon sebesar 450 juta ton CO2e membutuhkan biaya mencapai Rp 3.500 triliun.
“Energi adalah sektor yang sangat mahal tapi dia sangat penting bagi rakyat dan penurunan untuk emisi adalah the second large untuk ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Komentar Terbaru